Thursday 26 August 2021

Silsilah Keluarga dan Keunikannya

 


Ada hal menarik ketika kita merunut silsilah dan nasab keluarga, salah satunya membuka pintu silaturahmi yang lama tertutup karena jarak dan waktu di masa lalu. Salah satu penemuan saya yang boleh dikatakan menjadi salah satu jawaban yang selama ini sering menghiasi benak yaitu keterkaitan keluarga besar yang notabene lebih banyak di Muhammadiyah daripada di Nahdhatul Ulama. Jadi adalah kyai Khatib Arum Jenengan Solo yang ternyata mendapatkan istri salah satu kakak dari KH Ahmad Dahlan sang pendiri perserikatan Muhammadiyah. Dari sinilah ada kemungkinan secara kekeluargaan hingga akhirnya dari keluarga kami muncul juga tokoh tokoh Muhammadiyah seperti Om Wiwoho yang menjadi bagian yang erat di Muhammadiyah khususnya wilayah kabupaten Sukoharjo.

Kyai Khatib Arum Jenengan Solo merupakan mertua dari kakek buyut kami yaitu mbah Muh Bakri Soleh, beliau menikahi putri mbah Chatibarum (biasa dipanggil begitu dikeluarga kami) dan menurunkan trah Penumping (istri pertama) yang juga tak lain adalah saudara sepupunya simbah buyut kami itu. Kemudian karena putri mbah Khatib Arum ini meninggal mbah buyut kakung menikahi Nyai Djaiyah tak lain adalah bulik daripada Mbah Muslim Imam Puro (Mbah Liem) pendiri Pondok Pesantren Alpansa Klaten. Nah dari sini mulai terlihat bahwa selian Muhammadiyah keluarga besar kami juga ada yang di NU. Jika merunut silsilah yang pernah saya baca banyak sekali tokoh tokoh baik di Muhammadiyah ataupun NU yang merupakan keluarga dari kami. Bisa dilihat dari tulisan sebelumnya tentang RA Ahadiyah disitu nantinya akan muncul banyak nama nama besar di wilayah Solo Raya yang bergerak di bidang keagamaan dan organisasi Islam.

Keterkaitan antara keluarga kami dengan keluarga KH Ahmad Dahlan sudah kami konfirmasikan dan mendekati kebenaran karena dari pihak keluarga KH Ahmad Dahlan pun mengiyakan setelah kami berikan data dan dicocokan ternyata malah membuka tabir yang selama ini tertutup dan tidak begitu diketahui alias samar. Hanya saja keluarga terakhir dari trah Penumping ini belum sempat kami konfirmasi karena terkendala oleh situasi yang belum memungkinkan untuk kembali menyambung tali silaturahmi.

Di sisi lain kami pun menemukan keluarga dari mbah Idris Jamsaren tak lain adalah salah satu murid Kyai Soleh Darat yang merupakan guru KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari dan pernah memimpin Pondok Jamsaren (menghidupkan kembali) pondok pesantren yang vakum selepas menghilangnya Kyai Jamsari II pasca perang Jawa Diponegoro. Mbah Idris Jamsaren merupakan tokoh keilmuan yang sangat disegani kala itu namun memiliki kezuhudan yang luar biasa sehingga tidak begitu banyak yang mengenal beliau kecuali para akademisi keagamaan kala itu.

Dri sinilah saya secara pribadi mengenal keterkaitan kedua ormas terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama sehingga keduanya adalah apa yang ada dalam kehidupan saya sehari hari tinggal aplikasinya saja disesuaikan. Memang ada beberapa perbedaan namun itu bukanlah penghalang bagi saya untuk menjalankan syariat sesuai dengan apa yang telah dilakukan para pendahulu sebelumnya.

Menarik sekali ketika mengetahui bahwa banyak para leluhur kami merupakan orang alim soleh pada masanya sehingga menjadi salah satu motivasi untuk meneruskan perjuangan dakwah beliau beliau tentu dengan penyesuaian dan adaptasi dalam perkembangan jaman dan digitalisasi ya salah satunya dengan menuliskan kembali riwayat beliau beliau nantinya di blog kami ini. Hal yang membuat saya semakin termotivasti adalah dengan banyaknya para pembaca yang menanyakan perihal silsilah yang kami tuliskan sebelumnya namun kondisi dan keterbatasan informasi membuat belum bisa melangkah lebih jauh. Semoga kedepan nanti akan muncul informasi informasi yang valid dan bisa kami bagikan kepada para pembaca.

Dan alhamdulillah..puji syukur kepada Gusti Alloh pada akhirnya kamipun tahu bahwa kami termasuk bagian dari Family Al Haddad yaitu salah satu kabilah tertua dari Hadramaut Yaman karena Mbah Zaid salah satu simbah kami merupakan salah satu penerus fam Al Haddad di wilayah Solo (boleh dikatakan kami masuk dalam dzuriyah...namun bukan itu tujuan sebenarnya...anggap saja bonus) sebab akan lebih banyak beban dan tanggung jawab untuk kami bagi umat nantinya. Kami hanya mampu berdakwah dan bersiar agama semampu dan sekuat apa yang kami miliki dan semoga Alloh memudahkan jalan kami agar nantinya tidak mengecewakan para leluhur kami sebelumnya