Salinan Manakib Kyai Moch Sahlan Pekalongan |
Bagi kita saat ini pasti sudah tidak asing dengan kata ulama yang memang akhir-akhir ini sering muncul. Adalah seorang perempuan keturunan ningrat bernama Raden Ayu Ahadiyah yang diturunkan dari ulama khususnya di wilayah Solo Raya seperti Klaten, Wonogiri, Solo dan Sukoharjo yang merupakan anak turun dari beliau ini. Dari sumber yang dapat dipercaya melalui pertemuan dari sebuah silsilah yang diterbitkan oleh Kyai Haji Moch Sahlan dari Pekalongan yang juga merupakan salah satu keturunan dari RA Ahadiyah ini terdapat banyak sekali/kyai besar yang merupakan keturunan beliau ini.
Sinar. Chad Imam Rozy adalah RA Ahadiyah |
siapa Raden Ayu Ahadiyah ini?
Raden Ayu Ahadiyah merupakan salah satu cucu dari Kyai Syarifuddin Gading Santren (dimakamkan di Gading Santren Klaten Utara) atau disebut juga sebagai BRM Bambang Sasongko yang merupakan putra dari Pakubuwono II (artinya RA Ahadiyah merupakan Buyut dari Paku Buwono II raja Kartasura) yang memilih minggir dari pergolakan politik yang terjadi di Keraton kala itu dan lebih mengabdikan dirinya sebagai penyiar Agama Islam di wilayah Klaten dengan mendirikan Ponpes yang sekarang dikenal dengan Ponpes Gading Santren. RA Ahadiyyah merupakan putri hasil temuan pernikanan ANTARA putri Kyai Syarifuddin Gading Santren Yang Bernama RA Ba'diyah dengan Raden Asrom Puspodiningrat yang merupakan cucu dari Samber Nyawa ( Mangkunegara I ) sehingga bisa disebut RA Ahadiyah merupakan Buyut dari Mangkunegara I (dalam Surat Kekancingan Mangkunegaran ditulis RA Chad Imam Rozi) . Dari pernikahan tersebut lahirlah RA Ahadiyah yang kemudian menikah dengan Kyai Imam Rozi atau dikenal sebagai Singo Manjat salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Dari pernikahan keduanya inilah lahir RA Syamsiah yang dikenal juga sebagai Nyai Zaid karena beliau menikah denganKyai Muh Zaid . Pernikahan RA Ahadiyah dengan Kyai Imam Rozi melahirkan putri bernama RA Samsiyah , setelah Imam Rozi meninggal dunia RA Ahadiyah diboyong kembali ke Pura Mangkunegaran Solo karena sudah tidak memiliki sosok pegangan dan keluarga di Klaten ini kemudian RA Ahadiyah dipersunting oleh Kyai Muhammad Imam Dawud (Singomanggolo) dari Wonogiri (menurut tulisan Kyai Bilal Kauman) atas bantuan Kyai Thabrani dari Jogja (konon karena suara adzan yang merdu dari Kyai Imam Dawudlah kemudian dijodohkan dengan RA Ahadiyah itu) Dari pernikahan kedua lahirlah 5 orang putra dan putriyang menyebar di wilayah Wonogiri dan Klaten kemudian keturunan putra-putri beliau menyebar kembali mulai dari Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, bahkan hingga Sentiung Sumatera .
Silsilah keterkaitan Joko Tingkir hingga Pangeran Samber Nyawa (RM Said)
Silsilah dari Raden Ayu Ahadiyah dari pernikahan dengan Kyai Imam Rozi (Singo Manjat) pada pernikahan pertama kelahiran RA Syamsiyah (Nyai Zaid) dari keturunan ini disebut Bani Zaid yang setiap setahun sekali masih mengadakan acara pertemuan rutin guna menyambung tali silaturahmi. Pernikahan RA Syamsiyah dengan Kyai Muh Zaid memiliki 10 putra dan putri yaitu:
Makam dari RA Samsiyah berada di komplek pemakaman Gunung Wijil Selogiri bersama RA Rubiyah Matah Ati ( putri kyai Hasan Nur Iman) salah satu Permaisuri dari Pangeran Samber Nyawa atau Mangkunegara I dimana RA Samsiyah merupakan salah satu keturunan Pangeran amber Nyawa atau RM Said sehingga di makamkan di Gunung Wijil ini.
Piagam Sentono Trah Imam Dawud
Sedangkan pada pernikahan kedua RA Ahadiyah dipersunting oleh Kyai Imam Dawud Jatisalam Wonogiri dari Jatisalam Wonogiri, adapun dari pernikahan yang kedua ini menurunkan 5 putra-putri yaitu:
Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya Pajang 1549-1582)
Pangeran Benawa (Prabuwijaya Pajang II1586-1587)
Dyah Banowati (Mataram II) + RM Jolang (Panembahan Sedo Krapyak)
Sultan Agung 1593-1645
Amangkurat II 1646-1677
Pangeran Puger (PB I) Kartasura III 1704-1719
Amangkurat IV 1719-1726
Arya Mangkunegara Kartasura (dibuang ke Ceylon/Sri Langka)
Kanjeng Gusti Adipati Arya Mangkunegara I Samber Nyawa (RM Said)
Telusur oleh R. Nur Khalid Y, S.E dari berbagai sumber
Surat Kekancingan/Piyagem Sentono Mangkunagaran |
Silsilah dari Raden Ayu Ahadiyah dari pernikahan dengan Kyai Imam Rozi (Singo Manjat) pada pernikahan pertama kelahiran RA Syamsiyah (Nyai Zaid) dari keturunan ini disebut Bani Zaid yang setiap setahun sekali masih mengadakan acara pertemuan rutin guna menyambung tali silaturahmi. Pernikahan RA Syamsiyah dengan Kyai Muh Zaid memiliki 10 putra dan putri yaitu:
- Kyai Saerozi (Gabudan Solo) meninggal di Makah sewaktu belajar dan memperdalam permainan disana.
- Nyai Hj Tohir (Tempursari Klaten) yang menurunkan Kyai Abdul Muid Tempursari Klaten.
- Kyai H Fadhil (Khatib Arum) memiliki 7 putra-putri yaitu RT Pringgokusumo (Solo), Nyai Imam Saerozi (Naib Betal Wonogiri), Nyai Sholeh atau Fatimah Bakri (Mulur Sukoharjo), Nyai Muchtar (Solo), Kyai H Fadlil (Solo) , Kyai Amir Hamzah (Solo) dan Nyai H Ma'ruf (Solo)
- Kyai Haji Idris (Jamsaren Solo) yang menurunkan Nyai Manusia (Solo), Nyai H Abu Amar (Jamsaren Solo), Nyai Abdul Hamid (Solo), Nyai Abdul Jalil (Solo), Kyai Dasuki (Solo), Nyai Sadjadi (Solo) dan Kyai Muhammad (Solo).
- Nyai Abdul Jalil atau Tsuwaibah (Geritan Klaten) yang menurunkan Kyai Sholeh Bakri (Mulur Sukoharjo) baca juga Bani Hasan Minhaj Solo , Nyai Ahmad (Drana Klaten), Nyai Ilhar (Geritan Klaten), Nyai Sahrowardi (Wedi Klaten), Nyai Abu Hasan ( Pajang Solo), Nyai Abdul Hamid (Soka), Nyai Badri (Nogosari) dan Kyai H Muqorrob (Wonogiri) dari silsilah ini kemudian dikenal sebagai Bani Abdul Jalil Klaten. Dari sini ada bukti autentik berupa Surat Kekancing yang dikeluarkan oleh Wedana Satriya Mangkunegaran yang bisa menjadi bukti kuat yang menyebutkan urutan silsilah keluarga ini.
- Kyai Nawawi (Gabudan Solo) yang tidak memiliki keturunan.
- Nyai Abdul Fatah (Gajahan Solo) menurunkan Kyai H Zakaria (Gajahan Solo).
- Kyai H Irsjam (Bunderan Solo) menurunkan Kyai H Dimyati (Kauman Solo), Kyai H Sanusi (Solo), Kyai Sjatibi (Solo), Nyai H Ghozali (Solo) dan Kyai Rohmat (Musuk Boyolali)
- Nyai Abdul Qodir (Boyolali) menurunkan Kyai Khasbi (Boyolali), Nyai H Tohir (Boyolali), Nyai Sastrowidagdo (Boyolali) dan Nyai Ma.sum (Sragen)
- Nyai Abdullah Ichsan (Mojosongo) menurunkan Kyai H Suryani (Sraten Solo), Nyai H Samsul Ma,arif, Kyai Tabriizi Sentono (Klaten), Nyai M Usman (Boyolali), Nyai Abu Naim (Mojosongo), Nyai Abdullah Satari (Mojosongo) dan Kyai Tembadaw (Mojosongo).
Skema silsilah yang penulis dapatkan dari pakdhe Daryono Soebagyo yang merupakan salah satu cucu mantu dari KH Bilal Kauman Solo dimana data dalam skema silsilah ini hampir sama dengan tulisan KH Moch Sahlan Pekalongan dan saling melengkapi.
Sedangkan pada pernikahan kedua RA Ahadiyah dipersunting oleh Kyai Imam Dawud Jatisalam Wonogiri dari Jatisalam Wonogiri, adapun dari pernikahan yang kedua ini menurunkan 5 putra-putri yaitu:
- Nyai H Jusuf (Wuryantoro Wonogiri) yang menurunkan Kyai Abdullah Irsyad (Wuryantoro Wonogiri)
- Nyai Mustofa (Betal Wonogiri) yang menurunkan Nyai Imam Usman (Betal Wonogiri), Nyai Imam Irsyad/Siti Robiah (Betal Wonogiri), Kyai Abdullah Ichsan (Mojosongo Solo), Nyai Muhammad Dawe (Baturetno Wonogiri) pada keturunan ini masih aktif di Bani Samdari Wonogiri serta Bani Abdurahman Wonogiri , Kyai Imam Saerozi/Kyai Ilyas (Betal Wonogiri) dan Nyai Imam Irsyad/Jamilah (Betal Wonogiri)
- Nyai Murtadlo (Sugihan Sukoharjo) menurunkan Kyai H Abdullah Ibrahim (Karanganom Klaten), Nyai H Sodiq (Sugihan Sukoharjo), Nyai M Ismail (Bendungan Sukoharjo), Nyai M Soleh (Plumpung Sukoharjo), Kyai Djauhari (Bleki Sukoharjo).Dalam penelusuran masih ada.
- Kyai Abdullah Ibrahim (Ceper Klaten) menurunkan Kyai Imam Muhtar (Manyaran Wonogiri), Nyai M Dawud (Pedan Klaten), Kyai Diryosarjono (Naib Ceper Klaten), Kyai Abdul Chamid (Karanganom Klaten), dan Nyai Abdullah Surur (Naib Pedan Klaten).
- Nyai H Mu'min (Gading Santren Kalten) menurunkan Nyai Muhammad Ircham (Gading Santren Klaten), Nyai Imam Bakri (Gading Santren Klaten), Kyai Moch Ridwan (Ngaran, Mlese Ceper Klaten), dan Kyai Moch Alwi (Gading Santren).
Sedangkan Kyai Imam Rozi (Singo Manjat) yang makamnya di Tempursari Klaten Utara memiliki 4 orang istri yaitu:
- Nyai Sadarni (karangdowo Klaten) yang memiliki 2 putri yaitu Nyai Ghorib (Tempursari) dan Nyai Abdul Hamid (Tempursari)
- Nyai Mlangi (Yogyakarta) menurunkan Nyai Joyongulomo dan Kyai Ima Rozi (Petak Susukan Salatiga)
- Nyai Sumirah merupakan saudari sepersusuan dari Pangeran Diponegoro atau dikenal sebagai Nyai Kedung Gubah menurunkan Kyai H Said (Tempursari Klaten), Kyai Abdullah Surur (Glondong Jogjakarta) dan Kyai Abdul Alim (Pajang Solo)
- Nyai RA Ahadiyah (Gading Santren) yang menurunkan 1 putri yaitu RA Syamsiyah atau Nyai Muh Zaid dan kelak anak cucunya disebut Bani Zaid.
Pada pernikahan pertama Kyai Dawud Jatisalam mempersunting Nyai Imam Dawud yang hanya berputra tunggal yaitu Kyai Romli Jatisalam Wonogiri, selanjutnya Kyai Romli memiliki putra-putri sebanyak 9 orang yaitu:
- Kyai H Rohmat Turen (Weru Sukoharjo) keturunannya ada di Weru Sukoharjo
- Nyai C Mustawi (Jatisalam Wonogiri) keturunannya ada di Jatisalam Wonogiri
- Nyai C Abdullah (Jatisalam Wonogiri)
- Kyai I Dihardjo (Jatisalam)
- Nyai C Muhammad (Ngumbul Boyolali)
- Kyai Mucharror (Jatisalam) keturunannya ada di Setiung II Sumatera
- Nyai Muslim (Kedungdowo Wuryantoro)
- Kyai Abdullah Surur (Jatisalam) keturunannya ada di Setiung II Sumatera
- Nyai Abdurrochim (Bacem Solo)
Dalam penelusuran silsilah terkait RA Ahadiyah hanya anak turun dari RA Syamsiyah saja yang terverifikasi dengan bukti Piagem Sentono dari Mangkunegaran sedangkan putra putri dari Kyai Imam Dawud sampai hari ini belum kami temukan yang memiliki Piagem Sentono Mangkunegaran tersebut.
Pada awalnya makam RA Ahadiyah berada di Jatisalam/Salamsari Wuryantoro Wonogiri namun sekitar tahun 80 makam beliau dipindahkan ke Pasarean Matah Selogiri bersama dengan jasad Kyai Imam Dawud . Pemindahan pemakaman tersebut pun dengan upacara lengkap karena memang masih trah ningrat alias darah biru.
Demikian sekelumit cerita dan silsilah yang berhasil kami rangkum dengan panduan dari manakib silsilah yang ditulis oleh Kyai H Moch Sahlan Pekalongan (beliau adalah putra Kyai H Chusnan dari Betal Wonogiri) juga sumber tulisan dari Kyai Bilal Kauman Solo dengan Surat Kekancingan dari Mangkunegaran . Tulisan ini semata-mata untuk mengenang dan mempererat silaturahmi dengan keluarga yang terkait dalam tulisan diatas. Sebenarnya masih banyak lagi yang belum kami tulis semuanya karena keterbatasan waktu dan pikiran. Tulisan ini hanya sampai pada silsilah cucu dari RA Ahadiyahdan semoga bermanfaat bagi para pembaca dan pencari garis silsilah yang terkait. Jika ada sanak saudara terkait dengan tulisan ini silahkan bergabung di group Facebook Keturunan RA Ahadiyah Sukmo Sawiji atau melalui WA 081227078272 untuk kembali merangkai tali silaturahmi (R. Nur Khalid)
Halo author mohon maaf ingin bertanya. KH Zakaria yang merupakan anak KH Abdul Fatah adalah anak ke berapa? Karena saya belum pernah dengar namanya
ReplyDeleteNyai Abdul Fatah (Gajahan Solo) menurunkan Kyai H Zakaria (Gajahan Solo).
ReplyDeletesaya cuma dapat 1 nama saja karena saya pribadi juga masih minim informasi terkait hubungan ini terkendala waktu untuk telusur lebih lanju
Terima kasih.
ReplyDeletePerkenalkan saya cucu dari mbah Muhammad Ma'ruf bin Abdul Muid bin nyai Thohir binti Syamsiyah/Zahid binti Ahadiyah/Imam Razi
monggo bisa hub saya WA 081227078272
Deleteterima kasih atas pertisipasi komentarnya
ReplyDeletePangapunten kang mas...kisaran di tahun berapa y Nyai Abdul Fatah dan apakah anaknya beliau masih ada lgi selainKyai H. Zakaria.
ReplyDeleteSuwun
Coba bergabung di group FB Keturunan RA Ahadiyah Sukmo Sawiji atau WA 081227078272
DeleteApakah di Gading Santren ada yang namanya Kiyai Hadi Sholeh dan Kiyai Alwi?? Itu keturunannya kemana yaa??
ReplyDeleteKyai Alwi dari jalur Gadingsantren bisa jadi tersambung dengan trah Balepanjang mungkin jika tahu BIN nya bisa ditelusuri karena nama Alwi juga ada beberapa dalam silsilah yang kami telusuri ini.
DeleteKalo boleh tau keturunan kyai Abdul Jalil dari jalur Nyai Badri siapa saja ya?
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteUntuk kiai hadi sholeh sudah lama meninggal dan keturunannya banyak yang menyebar ke beberapa daerah, kalo kiai alwi, jujur saya belum pernah mendengarnya
Delete