Wednesday 15 May 2024

Jika Cinta Saridin Berakhir

Photo by Mahira Make Up Artist


 Sore itu sedikit mendung dengan suhu udara yang agak dingin menyelimuti sekitaran kampung Sorodadi tempat dimana Saridin menghabiskan sisa umur yang telah melampaui angka 40. Selepas sholat Ashar berjalan pulang dari surau yang hanya berjarak 50 meter dari gubug miliknya itu. Alhamdulillah Gusti masih diberikan kesempatan sholat berjamaah bersama warga sekitar, gunggam mulut Saridin. Sedang asik asiknya melamun tiba tiba muncul sebuah mobil putih di jalan depan rumahnya itu. Turunlah sosok yang sudah tidak asing termasuk dari aroma parfum yang terbawa angin saat pintu mobil itu terbuka, Assalamu'alaikum Mas....dan menyapalah sosok tak lain adalah Jikem keponakan Pakdhe Sastro juragan material..Mas, maaf nanti sore datang ke rumah ya ada hal yang ingin aku bicarakan secara face to face dengan sampeyan...dan ini Mas adab sedikit oleh oleh tadi dibawain dari acara hajatan buat dibawa pulang bonus merias manten...

Okey...maturnuwun sudah merepotkan...jawab Saridin datar datar saja seolah ada sesuatu hal kurang berkenan di dalam hatinya itu..

Bener lho Mas nanti datang..jangan ngapusi...penting soalnya..sahut Jikem serius

Aku pamit dulu kalau begitu ya Mas...masih ada hal belum terselesaikan...Oh iya Dek..hati hati di jalan ya...Baik Mas...Assalamu'alaikum....Wa'alaikum salam....dan pintu mobil pun tertutup menghantarkan Jikem pergi berlalu dengan senyuman dari sopir yang membawa tadi dari balik kaca mobil yang setengah terbuka.....

Hmmm....sedikit ada perasaan aneh dalam hati Saridin...sesuatu yang terasa panas dan membakar namun tetap ditahan....Ya semoga yang terbaik buat Dek Jikem...gunggam mulut Saridin mencoba melepaskan sesuatu yang berat itu

Sore itupun Saridinmemenuhi permintaan Jikem untuk hadir dirumahnya dengan pakaian seperti biasanya yang menjadi andalan kemanapun dirinya pergi...baju Jowo alias surjan yang sudah nampak lusuh sebab menjadin satu satunya baju yang sering dia pakai kemana pun Saridin pergi.

Saat memasuki halaman rumah Jikem mobil putih yang tadi siang nampak terparkir rapi di depan rumah Jikem, Assalamu'alaikum....salam di ucapkan oleh Saridin....Wa'alaikum salam...monggo pinarak Pakdhe....sahut seorang lelaki yang terlihat sedikit lebih muda daripada dirinya...monggo pinarak duduk...Maturnuwun nuwun Om....jawab Saridin kalem

Oh sudah datang Mas...kata sosok dari balik pintu sambil membawa minuman dan cemilan tak lain adalah Jikem..Iya dek...lha tadi disuruh kesini...apa perlu aku balik kanan lagi dan pulang...jawab Saridin datar dan kalem seolah ada sesuatu yang menahan dari balik dirinya itu...Eh ya jangan Mas...aku belum ngomong ke sampeyan malah mau pergi saja....Lha daripada mengganggu kamu masih ada tamu...Jawab Saridin kalem...Jikempun sedikit salah tingkah dan mencoba tenang menghadapi situasi yang diluar perkiraan itu

Oh ya Mas kenal kan ini Mas Pras yang menemani aku tadi di hajatan...Oh ya...Saridin...sambil menjulurkan tangannya...Pras..jawab lelaki itu...salam kenal....1,2,3,4 detik sedikit hening....ehem...mari diminum Mas kopinya...oh iya makasih Dek....

Maaf Mas...aku mau jujur bahwa selama ini mungkin Mas Din belum tahu jika ada mas Pras yang menemani kemana aku pergi untuk merias...ini mas Pras putra Pak Setyo juragan beras di kampung dekat kota...biar Mas Din kenal...biar ga mikir macam macam soal aku Mas...

Ah engga...mikir apa tho...lha selama ini memang aku mikir apa? Jawab Saridin sedikit ngeles menutupi kegalauan hatinya itu...Ya kalo memang jodoh dan cocok malah bagus saya doakan juga biar awet nantinya...seperti Adam Hawa...kata kata yang diluar perkiraan Jikem ternyata keluar begitu saja..Jika memang cocok segera saja diresmikan daripada terjadi hal hal yang diluar nuril..sebab sudah ada kasak kusuk di kampung ini takutnya juga malah menjadi fitnah yang tidak di inginkan secara posisi dan kondisi mu yang termasuk keluarga terpandang apalagi masih keponakan pakdhe Sastro maka kamu juga wajib menjaga nama baik semuanya...

Jikem pun tertunduk seperti mendapatkan jawaban yang tidak seperti perkiraannya itu....Yowes itu saja tho poinnya...aku pamit sudah menjelang magrib ini...takutnya nanti ga ada imam di surau soale Tukijo sedang pergi nganter anaknya ke kota beli sepatu tadi...yowes ya aku pamit...mari Mas Pras...tulung Jikem dijaga sebaik baiknya dan bahagiakan sebisanya sebab banyak hal terlewatkan....Nggih Pak Din

Dalam perjalanan pulang pun Saridin berfikir dan berfikir hingga teringat sebuah wejangan mbah Wagimoen...Din apapun di dunia ini hanyalah fana...hanyalah sebatas iliusi...disitulah nanti kamu akan belajar tentang Sabar, Ikhlas dan akhirnya bersyukur....Jika urusan dunia jangan di masukkan dalam hati dan jangan merasa memiliki...cukup kita letakkan di telapak tangan saja sebab pada akhirnya akan kita tinggalkan selama lamanya....petuah Mbah Wagimoen pun akhirnya sedikit menghibur dan mencerahkan hati dan pikiran Saridin yang mana selama ini sudah berharap banyak kepada Jikem pujaan hantinya itu...Kamu sudah melampaui berbagai hal berbagai pengalaman masalah seperti itu biasa terjadi dalam kehidupan,itulah sebab jangan pernah berharap kepada sosok makhluk termasuk manusia Din....berharaplah kepada Sang Khalik Pemilik Maha Segalanya maka kamu akan selalu ingat hanyalah Gusti Alloh yang selalu dapat kita harapkan dan menjadi pegangan dalam kehidupan ini

Dan akhirnya lantunan adzan surau oleh lek Paimin membuyarkan banyangan Mbah Wagimoen dibenak Saridin sore petang itu....Alhamdulillah masih dipertemukan dengan magrib hari ini

-----------------------------------------The End-----------------------------------------------------------------------