Merah Putih di puncak Gunung Slamet |
Setelah cuci muka dan berberes kami sepakat mencari mobil sewa untuk membawa kami ke basecamp pendakian di Blambangan Purbalingga. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1 jam dari stasiun. Tiba di basecamp kami mempersiapkan diri dengan pemanasan dan langsung menuju ke jalur pendakian karena target kami ketika petang sudah sampai di pos terakhir pendakian Gunung Slamet tersebut. Selama perjalanan menyusuri jalur pendakian kami isi dengan bercanda tawa bersama teman teman kami tersebut antara lain Eko,Gendon, Gedeg, Beru, Itok, Cepete dan Chamim.
Tepat menjelang magrib akhirnya kami sampai di pos terakhir. Disini memang jadi pos andalan para pendaki Gunung Slamet karena pada titik ini masih terdapat mata air sehingga sangat pas untuk mendirikan tenda dan ngecamp untuk bermalam sebelum melakukan pendakian terakhir ke puncak Gunung Slamet.
Jaman Semongko Berdaun Sirih |
Setelah tidur semalam pagi harinya kami gas lagi menuju ke Puncak Gunung Slamet. Saat melewati pos terakhir mata ini tertuju pada sebuah batu marmer dengan sebuah nama seorang pendaki yang mungkin meninggal di tempat tersebut. Sempat saya panjatkan doa agar arwahnya tenang disana. Kemudian bergegas menuju ke puncak karena tinggal beberapa ratus meter lagi. Dan akhirnya dengan selamat kami ber 6 pun tiba di Puncak Tertinggi Ke 2 di Jawa itu. Sebuah kepuasan yang tiada terkira khususnya bagi saya yang baru sekali ini menapaki Puncak Gunung Slamet.
Setelah melakukan acara photo-photo dengan kamera saku (kala itu hp belum pake kamera) akhirnya kami semua berbenah untuk perjalanan turun dan pulang. Dalam perjalanan turun menuju basecamp di Blambangan kami tempuh dengan 7 jam dari atas Puncak Gunung Slamet. Demi mengejar kereta pulang ke Solo kami pun bergegas dan setengah berlari. Setelah sampai di basecamp salah seorang teman kami pun bercerita yang membuat semua terdiam yaitu bahwa dia semalam ketemu cewek sewaktu terbangun di tempat kami mendirikan tenda. Ya memang selama perjalanan kemarin teman kami yang satu ini agak bocor dalam berbicara sehingga mungkin dikuti oleh yang nunggu gunung. Sebuah pelajaran buat saya pribadi agar lebih menjaga ucapan ketika di alam liar dan bebas seprti di Gunung Slamet ini.
Akhirnya kamipun berkemas pulang dengan naik mobil salah satu warga dengan menyewanya. Karena sedikit kecapekan akhirnya sayapu jackpot di mobil. Ya sedikit kepayahan dengan perjalanan tadi. Sampai di stasiun saya sempat bertemu dengan salah satu teman yang memang berdomisili di Purwokerto. Sebenarnya cewek tersebut adalah kenalan teman saya namun entah kenapa malah saya diajakin ketemu. Ya karena memang selama ini kami hanya sms an ya okelah kalo ketemu toh sebagai teman ga ada salahnya. Mungkin saat inipun si cewek tersebut sudah berkeluarga juga. Saya sendiripun sudah sedikit lupa kalo ga nulis cerita ini membongkar kembali memori yang menumpuk di kepala saya ini.
Salah satu kejadian yang menggelikan namun juga bikin malu adalah ketika niat kita cuma nebeng alias cari gratisan modal nekad naik kereta api tersebut namun ketahuan oleh sang kondektur yang meminta karcis. Dengan terbata-bata ngaku sebagai salah satu mahasiswa di Jogja. Ya pokoknya sedikit tipu-tipu agar ga disuruh bayar denda banyak. Itulah sekelumit cerita perjalanan ke Puncak Gunung Slamet di Purbalingga yang memberikan kenangan tersendiri bagi saya pribadi bersama kawan-kawan yang saat ini sudah berpencar terpisah jarak dan waktu. Bagaimanapun kita pernah bersama-sama kawan. Semoga tulisan Pendakian Gunung Slamet di Purbalingga ini bisa memberikan cerita kepada para pembaca sekalian dan terima kasih sudah membaca kisah ini.
Serasa di atap dunia |
Team kos Jhony Walker |
No comments:
Post a Comment