Tuesday, 2 November 2021

Mbah Liem ( Muslim Rifai Imampuro) Kyai Nyentrik Keturunan Minhajul Abidin Solo


 Bagi dunia santri tentu sudah tidak asing dengan nama mbah Kyai Liem Klaten, beliau yang bernama asli Muslim Rifai Imampuro adalah salah satu kyai yang dekat dengan cucu mbah Hasyim Asy'ari yaitu Gus Dur. Beliau ini adalah pendiri Pondok Pesantren Al Pansa (Al Muttaqien Pancasila Sakti) Karanganom Klaten Jawa Tengah. Beliau merupakan kyai yang memiliki keunikan (karomah) ada beberapa yang bisa anda baca dengan mengetikkan kata Mbah Liem di mesin pencarian Google. Penulis sendiri adalah salah satu cucu keponakan beliau dimana beberapa kali sempat berjumpa dengan mbah Liem di kediaman kami di Mulur.

Salah satu karomah beliau yang pernah saya lihat adalah ketika bersalaman dengan saudara kami dimana saat itu sedang berjuang untuk menjadi seorang ASN, dengan berkata ikhlas...ikhlas..beliau menepuk pundak saudara kami itu. Selang tak berapa lama kemudian saudara kami itupun diangkat menjadi abdi negara alias ASN di salah satu sekolah negeri di kabupaten Sukoharjo.

Putri mantu beliau yaitu Bu Nyai Yayuk Madayani, S Ag menceritakan bahwa mbah Liem sosok yang humoris dan suka bercanda seperti ketika ada seorang tamu yang bertanya ketika mbah Liem dan BunYayuk duduk di pos kampling dan menjukkan tempat kediaman beliau dimana tamu tersebut tidak tahu jika yang ditanya itu adalah mbah Liem sendiri. Disinilah sisi humor yang didapatkan ketika mengenal mbah Liem.

Cerita lain adalah ketika salah satu tetangga kami yang ingin sowan ke beliau di Karanganom namun belum tahu letak rumah mbah Liem sehingga bertanya kepada seorang penggembala bebek di jalan dan diberikan alamat dimana rumah mbah Liem. Betapa terkejutnya orang tersebut ketika sampai alamat rumah yang disebutkan karena dirumah itulah si penggembala bebek tinggal alias ya mbah Liem lah yang tadi memberikan alamat rumahnya sendiri tersebut. Ya memang beliau ini seorang kyai yang senang bercanda dan nyentrik dengan segala tingtkah polahnya namun tetap selalu berdzikir kepada Gusti Alloh sehingga memiliki karomah yang sering diperbincangkan mengenai kehidupan beliau.


Salah satu keunikan lainnya beliau selalu hadir ketika acara keluarga besar diadakan di tempat kami selalu datang karena kebetulan simbah putri kami tunggal mbah di Bani Hasan Minhaj yang juga merupakan tedak turun dari Minhajul Abidin Gabudan Solo. Hal inilah yang sering kali dicemburui oleh saudara saudara dari simbah kami sebab mbah Liem selalu dipastikan hadir di tempat kami. Ya beliau sangat sayang kepada simbah yang juga merupakan adi nak ndulur serta mungkin saja simbah putri kami ini orang yang rajin silaturahmi ke sanak saudara lainnya baik yang di Klaten ataupun Solo.

Sekelumit tentang riwayat Mbah Liem yang bisa saya tuliskan ini semoga bermanfaat bagi kita semua untuk lebih mengenal riwayat para pendahulu khususnya para ulama dan kyai di sekitar kita.

Wednesday, 27 October 2021

Daftar Makam Waliyullah di Sukoharjo dan Sekitarnya



 Menelusuri jejak perkembangan sejarah Islam di sekitar kita memang sangat mengasikkan. Seolah oleh kita berada di sebuah mesin waktu melihat sebuah peristiwa yang terjadi di masa lampau saat berziarah mengenang perjuangan dakwah para pendahulu kita tersebut. Dalam ziarah ada beberapa makna yang bisa kita dapatkan. Pertama mengingatkan diri pribadi kita bahwa sebagai manusia kitapun akan kembali ke asal yaitu dikubur dalam tanah. Yang kedua kita bisa mengikuti jejak teladan dari beliau yang dimakamkan. Yang ketiga kita bisa ikut mendoakan agar amal ibadahnya diterima dan diampuni segala dosa dan kesalahannya.

Di wilayah Sukoharjo khususnya terdapat banyak pemakaman umum dan setiap pemakaman tentu ada pelopornya alias cikal bakal adanya makam tersebut dan biasanya tak lain juga punden ataupun tokoh sentra pendiri wilayah tersebut. Selain itu banyak juga tokoh tokoh penting pada masanya yang tersebar di wilayah Sukoharjo. Berikut adalah beberapa makam para waliyullah pelopor perkembangan dakwah khususnya dakwah Islam di wilayah Sukoharjo dan sekitarnya:

1. Kyai Sayyid Iman (Mbah Saidiman) berada di Waduk Mulur

2. Kyai Ismail Bendungan Begajah berada di kampung Bendungan Begajah 

3. Kyai Honggo Suto berada di kampung Jogo Dengkul Manisharjo

4. Kanjeng Pangeran Sumedang berada di kampung Sumedangan Gentan Sukoharjo

5. Kyai Lombok (murid Sunan Kalijaga) berada di kampung Kedung Gudel Kenep

6. Kyai Dirjosantosa (Naib Bendosari Pertama) berada di TPU RA Serang Mulur

7. Kyai Imam Syuhodo berada di Wonorejo Polokarto

8. Kyai Ketib Iman berada di Jatisobo Polokarto

9. Kyai Suta Wijaya Majasto berada Majasto 

10. Kyai Banjaransari (Joko Tawangsari) di Gn Taruwongso Tawangsari

11. Kyai Purwoto Sidik Jalan Kelir - Manyaran Weru Sukoharjo

12. Pangeran Kajoran berada di Karangmojo Weru

13. Kyai Tosari berada di kampung Banaran Serut Nguter Sukoharjo

14. Kyai Lesung berada di Karang Tengah Mertan Bendosari Sukoharjo

Untuk sementara hanya ini informasi yang kami dapatkan, selanjutnya jika ada nama nama lain silahkan hubungi kami di nomor WA 081227078272

Wednesday, 15 September 2021

Keterkaitan Imam Rozi dan Imam Dawud

 Pada awalnya memulai menelusuri silsilah dari memiliki sebuah copian yang saya temukan di mana almari kepunyaan Bapak, ada beberapa hal yang membuat saya sedikit mengernyitkan dahi dari RAy Ahadiyah yang 2 orang suami yaitu Imam Rozi dan Imam Dawud pada kelanjutannya ada jalur Imam Rozi dari nenek (Mardiyah) dan jalur Imam Dawud dari (Ali Hadi) artinya keduanya adalah saudara yang sudah terpisah hanya satu generasi dan akhirnya berkumpul kembali. Begitu juga dengan yang terjadi pada Bapak dan Ibu yang juga memiliki leluhur yang sama pada Abdurrahman Mas Kudusul Ngalam Pajang. sebuah silsilah keluarga akan menemukan kembalinya balung pisah. Di skema lainnya pun pasti juga ditemukan hal-hal lainnya sesuai dengan apa yang telah ditemukan bahwa tidak akan keluar dari sebuah garis tabir yang mengelililing.

Selanjutnya kami akan membahas mengenai Imam Rozi dan Imam Dawud yang mana dari keduanya diturunkan anak cucu dan keturunan yang memiliki keutamaan untuk berdakwah khususnya di wilayah Solo Raya. saya sebelumnya alhamdulillah bermanfaat dan bisa mengumpulkan dzuriyah dari keduanya. Sempat ada keraguan bahwa RAy Ahadiyah dan Imam Dawud memiliki keturunan yang mana pernah oleh salah satu kerabat namun seiring perjalanan waktu pendapat tersebut gugur dengan sendirinya karena ada data yang valid dari Mangkunegaran Solo yang merupakan lembaga yang patut dipertimbangkan untuk kabsahannya.

Berikut bukti yang sempat kami dapatkan mengenai keabsahan keturunan Imam Dawud:


Dalam catatan ini dituliskan RAy Chadiyah Imam Dawud dengan nama Muh Jusuf dibawahnya. Hal ini tentu sebuah jawaban valid dan otentik dimana selama ini saya sebagai penulis mencari dan mencari bukti ini agar dapat mendapatkan kejelasan mengenai sejarah keterkaitan Imam Rozi, RAy Ahadiyah dan Imam Dawud yang merupakan leluhur kami yang wajib untuk diingat agar menjadi teladan dalam perjalanan hidup ke depan.

Perbedaan catatan diatas dengan Piagam Sentono yang ada pada keluarga kami bisa terlihat dari photo berikut ini:

Terlihat perbedaan pada baris ke 3 / Graad III yaitu nama R Ay Chad Imam Rozy sedangkan pada photo sebelumnya tertulis RAy Chadiyah Imam Dawud disinilah nama Imam Rozi dan Imam Dawud muncul.
Alhamdulillah jawaban muncul setelah sekian lama menjadi pencarian dan penelusuran. Nah mungkin dari para pembaca ada tambahan informasi terkait tulisan ini silahkan hubungi kami lewat WA 081227078272. (Khalid)

Sunday, 5 September 2021

Watu Lumbung Tawangsari Keunikan dan Keindahannya


 Sukoharjo memiliki banyak keindahan alam yang bisa dinikmati salah satunya sebuah bukit yang berada di tenggara kota kecamatan Tawangsari. Bukit bernama Watu Lumbung yang juga menjadi nama dudun Watu Lumbung ini merupakan sebuah bukit kecil dengan batuan khas pegunungan seribu. Watu Lumbung memiliki keindahan alami namun sayang sekali potensi ini belum dioptimalkan oleh warga sekitar terlihat dari kondisinya yang mangkrak dan tidak begitu dirawat. Sebagai seorang pecinta wisata lokal saya tergelitik untuk melihat keindahan bukit Watu Lumbung. Dan akhirnya sampailah di tempat yang konon juga memiliki keunikan.

Cerita yang saya dapatkan adalah pada waktu dulu di hamparan batu Watu Lumbung ini digunakan untuk menjemur singkong hasil kebun warga dan selama penjemuran ini tidak ada seorangpun yang menjaganya. Konon jika ada yang mau mencuri gaplek (singkong yang dijemur itu) akan takut karena (konon) lagi ada makhluk yang menjaga dan menakut nakuti si pencuri tadi. Dulu tempat ini pun sering diberikan persembahan jika warga sekitar sedang mengadakan hajatan. Suatu ketika salah seorang anak muda yang disuruh ngirim tidak menyampaikan kepada Watu Lumbung tetapi dimakan sendiri di perempatan jalan sehingga saat menanak nasi pada hajatan tersebut nasi tidak matang matang setelah ditelusuri ternyata persembahan tadi tidak disampaikan.



Jika dirunut secara ilmiah dan sejarah ada keterkaitan antara Bukit Taruwongso, Bukit Watu Lumbung, dan Bukit Majasto. Melihat alur sejarah tentang pelarian bangsawan Majapahit pasca runtuhnya Brawijaya V bukit Watu Lumbung ini merupakan salah satu tempat persembunyian itu. Dengan kontur titik terting diantara daerah sekitarnya sehingga memudahkan untuk mengawasi pergerakan jika ada m usuh yang mengejar.

Bagi saya pribadi tempat Watu Lumbung memiliki daya tarik yang tak kalah eksotis dengan bukit bukit sekitarnya hanya saja memang perlu ditata dan dioptimalkan untuk menarik pengunjung dari luar daerah. Dengan pengembangan wisata lokal diharapkan dapat menaikkan potensi masyarakat sekitarnya yang memang memiliki sejarah panjang ini dengan peradaban khususnya di wilayah Sukoharjo tercinta.



Jika anda teratrik silahkan datang saja ke dusun Watu Lumbung di Tawangsari dan nikmati keindahan serta eksotisme bukit yang sangat indah indah. Bagi pecinta photografer bisa menjadi alternatif obyek untuk diburu sisi keindahannya.

Thursday, 26 August 2021

Silsilah Keluarga dan Keunikannya

 


Ada hal menarik ketika kita merunut silsilah dan nasab keluarga, salah satunya membuka pintu silaturahmi yang lama tertutup karena jarak dan waktu di masa lalu. Salah satu penemuan saya yang boleh dikatakan menjadi salah satu jawaban yang selama ini sering menghiasi benak yaitu keterkaitan keluarga besar yang notabene lebih banyak di Muhammadiyah daripada di Nahdhatul Ulama. Jadi adalah kyai Khatib Arum Jenengan Solo yang ternyata mendapatkan istri salah satu kakak dari KH Ahmad Dahlan sang pendiri perserikatan Muhammadiyah. Dari sinilah ada kemungkinan secara kekeluargaan hingga akhirnya dari keluarga kami muncul juga tokoh tokoh Muhammadiyah seperti Om Wiwoho yang menjadi bagian yang erat di Muhammadiyah khususnya wilayah kabupaten Sukoharjo.

Kyai Khatib Arum Jenengan Solo merupakan mertua dari kakek buyut kami yaitu mbah Muh Bakri Soleh, beliau menikahi putri mbah Chatibarum (biasa dipanggil begitu dikeluarga kami) dan menurunkan trah Penumping (istri pertama) yang juga tak lain adalah saudara sepupunya simbah buyut kami itu. Kemudian karena putri mbah Khatib Arum ini meninggal mbah buyut kakung menikahi Nyai Djaiyah tak lain adalah bulik daripada Mbah Muslim Imam Puro (Mbah Liem) pendiri Pondok Pesantren Alpansa Klaten. Nah dari sini mulai terlihat bahwa selian Muhammadiyah keluarga besar kami juga ada yang di NU. Jika merunut silsilah yang pernah saya baca banyak sekali tokoh tokoh baik di Muhammadiyah ataupun NU yang merupakan keluarga dari kami. Bisa dilihat dari tulisan sebelumnya tentang RA Ahadiyah disitu nantinya akan muncul banyak nama nama besar di wilayah Solo Raya yang bergerak di bidang keagamaan dan organisasi Islam.

Keterkaitan antara keluarga kami dengan keluarga KH Ahmad Dahlan sudah kami konfirmasikan dan mendekati kebenaran karena dari pihak keluarga KH Ahmad Dahlan pun mengiyakan setelah kami berikan data dan dicocokan ternyata malah membuka tabir yang selama ini tertutup dan tidak begitu diketahui alias samar. Hanya saja keluarga terakhir dari trah Penumping ini belum sempat kami konfirmasi karena terkendala oleh situasi yang belum memungkinkan untuk kembali menyambung tali silaturahmi.

Di sisi lain kami pun menemukan keluarga dari mbah Idris Jamsaren tak lain adalah salah satu murid Kyai Soleh Darat yang merupakan guru KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari dan pernah memimpin Pondok Jamsaren (menghidupkan kembali) pondok pesantren yang vakum selepas menghilangnya Kyai Jamsari II pasca perang Jawa Diponegoro. Mbah Idris Jamsaren merupakan tokoh keilmuan yang sangat disegani kala itu namun memiliki kezuhudan yang luar biasa sehingga tidak begitu banyak yang mengenal beliau kecuali para akademisi keagamaan kala itu.

Dri sinilah saya secara pribadi mengenal keterkaitan kedua ormas terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama sehingga keduanya adalah apa yang ada dalam kehidupan saya sehari hari tinggal aplikasinya saja disesuaikan. Memang ada beberapa perbedaan namun itu bukanlah penghalang bagi saya untuk menjalankan syariat sesuai dengan apa yang telah dilakukan para pendahulu sebelumnya.

Menarik sekali ketika mengetahui bahwa banyak para leluhur kami merupakan orang alim soleh pada masanya sehingga menjadi salah satu motivasi untuk meneruskan perjuangan dakwah beliau beliau tentu dengan penyesuaian dan adaptasi dalam perkembangan jaman dan digitalisasi ya salah satunya dengan menuliskan kembali riwayat beliau beliau nantinya di blog kami ini. Hal yang membuat saya semakin termotivasti adalah dengan banyaknya para pembaca yang menanyakan perihal silsilah yang kami tuliskan sebelumnya namun kondisi dan keterbatasan informasi membuat belum bisa melangkah lebih jauh. Semoga kedepan nanti akan muncul informasi informasi yang valid dan bisa kami bagikan kepada para pembaca.

Dan alhamdulillah..puji syukur kepada Gusti Alloh pada akhirnya kamipun tahu bahwa kami termasuk bagian dari Family Al Haddad yaitu salah satu kabilah tertua dari Hadramaut Yaman karena Mbah Zaid salah satu simbah kami merupakan salah satu penerus fam Al Haddad di wilayah Solo (boleh dikatakan kami masuk dalam dzuriyah...namun bukan itu tujuan sebenarnya...anggap saja bonus) sebab akan lebih banyak beban dan tanggung jawab untuk kami bagi umat nantinya. Kami hanya mampu berdakwah dan bersiar agama semampu dan sekuat apa yang kami miliki dan semoga Alloh memudahkan jalan kami agar nantinya tidak mengecewakan para leluhur kami sebelumnya

Friday, 18 June 2021

Riwayat dan Sejarah Berdirinya Masjid Al Muttaqien Mulur

 Pada tahun 1928 Muhammadiyah Group Mulur mengagendakan 4 program kerja yaitu Dakwah Islam di wilayah kecamatan Bendosari, Mendirikan pengajian Al Qur'an di kampung kampung, Pembangunan mushola dan Mendirikan Sekolah Muhammadiyah. Pada awalnya yaitu di tahun 1929 terdapat 4 tempat yang menjadi basis dakwah sekaligus digunakan sebagai tempat pengajian yaitu tempat R. Ronggo, tempat Kasan Ali, tempat Iman Diharjo dan tempat Muhammad Roji dan mulai mempersiapkan bahan bangunan untuk pembuatan langgar/mushola. Pada tanggal 1 Suro para sesepuh mengadakan musyawarah di rumah bapak Muhammad Roji dengan hasil adanya 2 orang yang kemudian shalat yaitu Resotiyono dan Atmo Dimejo alias menjadi mualaf karena sebelumnya hanya menjalankan ilmu kejawen. Dari situlah kemudian keduanya ikut serta berinfak untuk pembangunan langgar yang diagendakan diatas. Disusul kemudian oleh Lurah saat itu yaitu Lurah Sastro Sukarno dan ikut membantu dengan menyediakan bahan bangunan lainnya serta mempersilahkan rumahnya sebagai tempat jamaah sementara pengajian bagi anak anak dengan pengasuh Bapak Broto Winarno selaku Kepala Pasar Mulur dan secara berkala ditinjau oleh Bapak Hadi Wirosatro dari Cabang Muhammadiyah Solo.

Bapak Karyodrono menyusul mulai mulaimenjalankan sholat dan menyerahkan pendoponya untuk dipergunakan tabligkan setiap bulan purnama Sidi, bertepatan dengan hari Idul qurban digunakan Tablig Akbar dengan penceramah Bp. Mulayadi Joyo Martono Consul Muhammadiyah Solo.Persiapan langgar yang terletak di erep Bp. Muhammad Roji digarap secara gotong royong hingga selesai selanjutnya digunakan sholat jamaah dan tempat pengajian dipersatukan di langgar tersebut. Tahun 1933 gotong royong membangun Sekolah Muhammadiyah bertempat di dukuh Balesari balungan bangunan tersebut merupakan infaq dari Bp. Resotinoyo. Tahun 1934 Langgar yang terletak di erep Bp Muhammad Roji mulai dipergunakan untuk sholat jamaah dan Jumatan dengan khatib Bp Muhammad Roji, Bp. M Saubari (Modin Mulur), Bp Umes dari Bendungan dan Mongasirol Bp Imam Makum.

Tahun 1939 Sekolahan Muhammadiyah yang terletak di Balesari masuk dalam proyek perluasan Waduk Mulur rumah, sekolah dibongkar kemudian sisa bangunan di simpan di langgar Mulur sedangkan sekolahan ikut menumpang di pendopo Bp Atmo Diwiryo di Mulur. Tahun 1942 (jaman pendudukan tentara Jepang) pada Jumat Kliwon bulan Maulud selesai sholat Jumat Bp Rojo mengusulkan kepada jamaah Jumatan mengingat langgar kurang memadai menampung jamaah maka perlu perluasan dibangun Masjid yang permanen seperti Masjid Badran (Masjid pertama di wilayah Mulur dan sekitarnya).

Bp Iman Diharjo menyambut baik dan supaya mempunyai pekarangan sendiri yang memadai memohon kepada Lurah Mulur tanah kas desa yang berada di sebelah timur Somo Jongos sebelah barat untuk pekarangan masjid dan sebelah timur untuk sekolah Muhammadiyah. Bp Muhammad Syahid menyarankan halaman dan lingkungan yang luas agar sewaktu ada keperluan dapat mewadahi dan apabila ada kemampuan dibangun Pondok Pesantren. Bp Resotinoyo menginfakan untuk membeli saka/tiang sekemampuannya. Bp Demang Sastro Sukarno memantapkan soal tanah yang ada di timurnya Somo Jongos akan dimohon yang sebelah barat untuk pekarangan dan sebelah timur sekolahan Muhammadiyah.

Susunan Panitia Pembangunan Masjid Mulur:

Ketua : Demang Sastro Sukarno

Bendahara: Iman Diharjo

Seksi Usaha: Kyai Muhammad Saleh Dirjo Santosa (Naib bendosari)

                      Muhammad Syahid

                      Darmo Sucitro

                      Saubari Modin Mulur

                      Marto Sentono PD Bayan Mulur

Bp Muhammad Karya menyumbangkan satu pohon jati besar dikebunnya sebagai saka ke empat sedangkan 3 saka lainnya adalah hasil pengumpulan dana dari jamah masjid. Pembangunan dimulai, untuk tukang kayu dipimpin Imam Pura dari Wonogiri yang ditemani oleh Setra dan Irojiman Kalangan, Kasan Ali Mulur, Atmo Sampo, Jais dan Bakri dari Cantelan. Tukang batu dipimpin oleh Marto Kekuk bersama Wirorujito, Atmojoyo, Karso Hadi dkk. Tukang Urug Jrambah Wiryo dibantu oleh warga Mulur dan sekitarnya.

Pembangunan Masjid dalam waktu 5 bulanberakhir pada bulan Rajab dan digunakan Sholat Jumat pertama kali dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Atas permohonan Kyai Muhammad Saleh Dirjo Santosa (Naib Bendosari) kepada Kanjeng Pengulon Tafsir Anom di Surakarta dengan restu beliau memberikan bantuan:

Pada saat memerlukan kiblat masjid dilaksanakan petugas dari pengulon Surakarta

Sholat Jumatan pertama dalam rangka memeperingati Isra' Mi'raj diatas Imam, Khatib dan Muadzin dari Masjid Agung Surakarta. Pada acara peringatan keagamaan oleh Muhammadiyah Mulur dijadikan Sekolah Rakyat (SR).

Prakarsa untuk mendirikan Masjid al Muttaqin Mulur pada tahun 1942 ada sepuluh orang yaitu:

Ki Demang Sastro Sukarno, K.R Dirjosantosa, K. Muh Roji, KH Muh Syahid, K Resotinoyo, KA Karyodrono, KA Saubari, R. Darmo Sucitro, R. Iman Diharjo, dan R. Sonto Diharjo

Demikian sekilas mengenai sejarah pembangunan Masjid Al Muttaqin Mulur semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Sumber: Riwayat Berdirinya Masjid Al Muttaqin Mulur oleh KH Hadi Martono 22 Oktober 2000


Thursday, 17 June 2021

Silsilah Eyang Raden Bakri Muhammad Saleh Mulur Naib Pertama Wilayah Bendosari Sukoharjo

 


Alhamdulillah puji syukur kepada Alloh SWT bahwa masih diberikan kekuatan, kesabaran, dan semangat untuk menuliskan silsilah simbah buyut kami Raden Bakri Muhammad Saleh (Naib Bendosari Pertama era pra kemerdekaan). Salam dan Sholawat semoga selalu tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta para dzuriyahnya.

Tulisan ini kami digitalisasi sebagai dokumen keluarga dan mungkin juga bermanfaat bagi saudara saudara kami diluar sana yang mencari keterkaitan dengan keluarga besar kami. Tulisan ini bersumber dari Bani Bakri Saleh Mulur dari tulisan yang disusun oleh Hisyam Zaini bin Yusuf MS 31 Mei 2017 di Sukoharjo.

Sekilas mengenai Eyang Raden Bakri Muhammad Saleh beliau adalah salah satu putra dari KH Abdul Jalil- Nyai RA Tsuwaibah Klaten yang bertugas sebagai Naib dari keraton Kasunanan Surakarta di wilayah Bendosari pada era sebelum kemerdekaan tahun 1925. Generasi ke 6 dari RM Said Mangkunegara 1 (sesuai surat Piagam Sentono Mangkunegaran).Pada tahun 1929 beliau bersama kawan kawan Muhammadiyah memulai melakukan dakwah dengan pengajian di wilayah Mulur dan sekitarnya antara lain di rumah R. Ronggo, Kasan Ali, Iman Diharjo dan Muhammad Roji.



Kemudian dari pertemuan itupun termunculkan ide untuk mendirikan masjid yang kini dikenal dengan nama Masjid Al Muttaqin Mulur (sumber Riwayat Berdirinya Masjid Al Muttaqin Mulur oleh KH Hadi Martono).

Eyang Raden Bakri Muhammad Saleh wafat setelah ditangkap Belanda karena dituduh membantu para pejuang kemerdekaan kala itu setelah di khianati salah seorang kawan dekatnya yang memihak Belanda, namun para tentara Belanda yang menyiksa beliaupun akhirnya juga mati karena sakit mendadak setelah Eyang dimakamkan. Makam Eyang Raden Bakri Muhammad Saleh berada di TPU RA Serang Pondok Serang Mulur (timur MTsN 3 Sukoharjo) photo dibawah ini:



Silsilah Bani Raden Bakri Muhammad Saleh:

Dari istri pertama Eyang Fatimah binti Khatib Arum Jenengan Solo memiliki 2 orang putra yaitu Hayat Zainuri dan Ma'mun (meninggal sewaktu masih bayi).

1. Hayat Zainuri + Djamilah (putra bawaan) (trah Penumping Solo)

1.1. Harun Sahlan+ Sumarsi

1.1.1. Siti Nurhayati + Joko Santoso

1.1.1.1 DewiMasitoh

1.1.1.2 Leli Nurhidayati

1.1.1.3 Afifah Kurniati

1.1.2. Siti Musyarofah

1.1.3. Siti Marjamah + Alip Astor

1.1.3.1 Juwari Abdurrohman

1.1.3.2 Afifah Nur Imani

1.1.4 Istiqomah

1.1.5 Muhammad Nur Hidayat + Umi Zakiyah

1.1.5.1 Yahya

1.1.6. Anis Mucharomah + Harjianto

1.1.6.1 Aisyah Kamila Rosyada

1.1.6.2 Hanifah Khorunisa

1.2  Siti Marfu'ah + Zubaidi (putri bawaan)

1.2.1 Ida Farida

1.2.2 Sri Palupi Mardhiyah + Sutopo

1.2.2.1 Rizki Cholid Fatchurrohman

1.2.2.2 Irma Nurbati

1.2.2.3 Tasya Chairunnisa

1.2.3 Anwar Sanusi

1.2.4 Uswatun Khasanah + M Andriyanto

1.2.4.1 Naghvi Razan Fatir Al Habsyi

1.2.4.2 Azzam El Fahmi

1.3 Mudzakir + Sarti

1.3.1 Muhammad Idris

1.3.2 Choirul Huda + Siti Nur Hidayati

1.3.2.1 Fatimah Azzahra Nurhuda

1.3.3 Muhammad Amir Rifai

1.3.4 Maftuchah Nurul Aini + Muhammad Anwar

1.3.4.1 Adib Al Baihaqi

1.4. Ummi Kulsum

1.4.1 Nurul Mukharomah + Hartono

1.4.1.1 Yasin Nur Hidayat

1.4.1.2 M Latif

1.4.1.3 Choirul Rozikin

1.4.2 Nur Budiyanto + Sri Rejeki

1.4.2.1 M Iqbal Faturohman

1.4.2.2 M Latif

1.4.2.3 Ichsan

1.4.3 Nur Rosyidi + Rini

1.4.3.1 Lutfia

1.4.3.2 Arifah Nur Isnanini

1.4.4 Choirul Anwar + Wulanjari

1.4.4.1 Fauzian Jihan Azahroh

1.4.5 Romadhoni + Dodi Abdullah

1.4.5.1 Nabila Fatin

1.5 Zaenudin

1.6 Zubaidah + Jumaidi

1.6.1 Hilmi Bakhtiar Rahmawan

1.6.2 Dimas Nurma'afi

1.7 Sholihah + Hasta Wibawa

1.7.1 Novian Riezqi Rezayanto

1.7.2 Anandha Lutfi Rahmawan

1.8 Abdullah


Putra Putri, Cucu dan Buyut Eyang Raden Bakri Muhammad Saleh

Pernikahan kedua setelah Nyai Fatimah berpulang Eyang Raden Bakri Muhammad Saleh mempersuntuing adik dari Mbah Tepo (bapaknya KH Muslim Imampuro mbah Liem Klaten) yaitu Nyai Djaiyah yang kemudian menurunkan:

1. Yusuf Muhammad Saleh (Mulur) + Sayekti

1.1 Fatimah

1.2 Muhammad Ali Abdullah +Warsini (Batu Wonogiri)

1.2.1 Muhammad Hasanuddin + Setyo Untari

1.2.1.1 Aditya Faisal Abdullah

1.2.1.2 Syifa Syafira Abdullah

1.2.2 Ema Melanie

1.2.3 Ema Rahmawati + Agung Sasmito

1.2.3.1 Ilyas Abdullah

1.2.3.2 Fatimah Mumtaza

1.2.4 Ema Ratna Furi

1.3 Siti Aminah + Asmaul Husna (Blimbing Wonorejo)

1.3.1 Risma Nurul Fitria + Setyo Budi Santoso

1.3.1.1 Alesha Tsamara Santoso

1.3.2 Henny Nurul Azizah

1.4 Hisjam Zaini

1.5 Sri Rahayu + Sumadi (Kujon Jati)

1.5.1 Anisah Rahmawati + Muh Arief Darmawan

1.5.1.1 Fatira Khoiro Wilda

1.5.1.2 Tsania Sahla Qoitrunada

1.5.2 Khoiruddin Abdullah

1.6 Agus Zaenal Arifin + Budi Arsih

1.6.1 Muhammad Faizal

1.6.2 Farida Fadmawati

1.7 Iskandar Idris + Titik Suyanah

1.7.1 Salsabila Fauziah Idris

1.7.2 Wisanggeni Muhammad Sidiq

1.8 Badriyah Nurrohmah + Suyadi (Kerjo Mojogedang Kra)

1.8.1 Muhammad Abdul Hanif

1.8.2 Muhammad Rois

2. Siti Mardhiyah + Ali hadi (Sukoharjo)

2.1 Slamet Sahlan + Muslichatun

2.1.1 Nur Sahid

2.1.2 Nur Iskandar + Yani Sularsih (Bogor)

2.1.2.1 Syafa Khairina

2.1.2.2 Syakira Marwa Anjani

2.2.3 Nur Hamzah S.T + Nissa Elektrina 

2.2.3.1 Sekar Elza Kirana

2.2.3.2 Elang Nisnu Gumira

2.2.3.3 Shafiq Nizam Al Karim

2.1.4 Raden Nur Khalid Yamani, S.E + Pepi Lufiana Amd (cerai)

2.1.4.1 Muhammad Danish Mubaraq

2.2 Yahya (meninggal sewaktu kecil)

3. Muhammad Imron + Sri Mulyati (Mulur)

3.1 Siti Chotijah Nurnaningsih + Sumadi

3.1.1 Siti Aisyah

3.1.2 Farida Rahmawati + Deni Mandala

3.1.2.1 Kayiza Sifa Faraza

3.1.2.2 Muhammad Hamizan Ghozi

3.1.3 Muhammad Abdul Aziz + Yuni Ambarwati

3.1.3.1 Jizi Mahera Ghaniy

3.2 Susetyo Budi Raharjo + Siti Ayuda

3.2.1 Ari Kusumaningtyas + Suharmanto

3.2.1.1 Muhammad Hafidz Najmuddin

3.2.1.2 Azka Syifa Un Nufus

3.2.2 Muhammad Haryo Pamungkas + Hawa Fadila

3.2.2.1 Alden Fairuza Pratama

3.2.3 Khoirun Nisa'

3.2.4 Isti Ghomatul Chasanah

3.3 Prawoto Aji Santosa + Sutarmi

3.3.1 Abdurrahman Rustam Aji + Dina Fia Rindiyani

3.3.2 Muhammad Iqbal

3.3.3 Amalia Az Zahra

3.4 Wiwoho Aji Santosa SPd + Siti Haryani

3.4.1 Ontowiryo Muhammad Panrus

3.4.2 Ali Imroni Muhammad Panrus

3.5 Hayati Puji Hastuti Spd + Kunci Mahas

3.5.1 Muhammad Maha Mili Sangaji Lampang

4. Siti Hajar+ KH Nur Salim (Sukoharjo)

4.1 Muhammad Al Falah + Siti Mahwiyah (istri pertama)

4.1.1 Haris Kusuma Ady + Dede Sriwiyanti

4.1.1.1 Tastqifabyani Fathulbari

4.1.1.2 Tsabita Umniyyatina Syahid

4.1.1.3 Tazkia Fikra Ulinnuha

4.1.1.4 Tautsika Zikrina Humayra

4.1.1.5 Tandzif Hasani Ahmad

4.1.2 Lutfiana Kusuma Dewi + Margono

4.1.2.1 Muhammad Abidmusyaffa

4.1.2.2 Farras Ibrahim Akmal

4.1.2.3 Rafif Dzaky Ismail

4.1.3 Fitri Kusumastuti + M Rais Hidayat

4.1.3.1 Annisa Adhwa Firdausy

4.1.3.1 Naura Azkaazkiya Firdausy

4.1 Muhammad Al Falah + Sri Suwarni (istri kedua-sambung)

4.2 Siti Nurjanah + Martoyo

4.3 Al Hakim + Rahelina

4.3.1 Wahyu Kurniasih

4.3.2 Muhammad Arif Budiwan + Syaharayati

4.3.2.1 Muhammad Aulia Farhan

4.3.2.2 Muhammad Rafi Azmi

4.4 Siti Nuchiyah Endrawati + Umar Suparno

4.5 Muh Yazid Djamil + Siti Johariyah (Semarang)

4.5.1 Primatika Fatma R + Agus S

4.5.1.1 Maritsa Eisya Mumtazia

4.5.1.2 Kinarya Anika Fazila

4.5.2 Fauzi Adi Rafrastara

4.5.3 Reza Baskara Adi

4.5.4 Atia Maulaya Rusyda

4.6 Agus Muhammad Mahsun + Yoni Eka Diyah Hurusyasti (istri pertama)

4.6.1 Fahmy Chaidarrahman Assydiq + Titin

4.6.1.1 Raditya ( meninggal sewaktu kecil)

4.6.2 Neisyarani Fauzia Amy

4.6.3 Ratna Aulia Fatih

4.6 Agus Muhammad Mahsun + Rina Jafar (istri kedua)

4.6.1 Nufahaya Aimee Prameswari

4.6.2 Sangayu Deandra Almahira

4.7 Nurrohmah Wibawati + Agus Hakim (Alm. suami pertama)

4.7.1 Fawzan Sigma Aurum + Zoraya Amalia Putri Aditama

4.7.1.1 Laksmi Assoffa Asmanegara

4.7 Nurrohmah Wibawati + Rony Arpinto Ady

4.7.1 Tsabita Ratu Khairunnisa

5. Sa'adah + M Sudarna (Sangkrah Solo)

5.1 Susan Eko Diyani + Rudhy Joko Santoso

5.1.1 Kurnia Ardiansyah Santosa + Ririn Kurniawati

5.1.1.1 Cinta Kurniawati

5.1.2 Dwi Nurdiansyah Santosa +Novita Indriyani

5.1.3 Muhammad Herdiansyah Santosa + Ikhmah Choirul Nisa

5.2 Susan Dwi Munandar + Sri Martini (Boyolali)

5.2.1 Asyafan Prismandara + Tasya Galuh Permatasari

5.2.2 Bthari Prismatissa

5.3 Susan Tri Joko (meninggal sewaktu bayi)

5.4 Susan Titik Padminiati

6. Sofiatun + Martoyo WS ( Sangkrah Solo)

6.1 Taufiq Qurrohmah + Sukardi Budiyono (Baki)

6.1.1 Taufiq Kardiansyah

6.1.2 Rizqi Abdullah

6.2 Anis Nurhidayati + Agus Sidharta

6.2.1 Anita Sidharta

6.2.2 Muhammad Aufa Sidharta

6.2.3 Ardian Satya Sidharta

6.3 Muhammad Fuad Imam Santoso + Titik Kristiyanti

6.3.1 Rahajeng Miranti

6.3.2 Radityo Bismo Aji Santoso

6.4 Istiqomah + Maskuri

6.4.1 Hulwatun Niswah

6.4.2 Nahla Qudsi Mumtazah

7. Siti Fathonah + Abdul Rosyid (Sangkrah Solo)

7.1 Siti Mubarokah + Suwardi (Kayuapak Kra)

7.1.1 Ahidha Aristi Sulistyaningrum

7.1.2 Sabrina Haya Qurrotu'Aini

7.2 Mujahidah Aristi + Ahmad Luthfi Nur

7.2.1 Qonita Nur Farhana

7.2.2 Hanifah Nur Syahidah

7.3 Nikmah Kurniawati + Chamim

7.3.1 Muhammad Jundi Robbani

7.3.2 Ahmad Miqdad

7.3.3 Abdurrahman Faqih

7.4 Siti Nashiroh + Endri Pujianto

7.4.1 Syamil Fahrullah

7.4.2 Ammar Fakhrudin

7.5 Syaiful Annas + Siti Kholifah

7.5.1 Fathurrohman Al Ghozi

7.5.2 Aisyiah Zuhruf Azzahra

7.5.3 Shaka Arkhan Addin



Demikianlah silsilah ini kami tulis ulang dari sumber buku Silsilah Eyang Raden Bakri Muhammad Saleh Mulur yang disusun oleh Hisyam Zaini bin Yusuf MS 31 Mei 2017. Jika ada kesalahan atau ada tambahan data terkait informasi ini bisa menghubungi WA 081227078272 R Nur Khalid Yamani, S.E atau bisa langsung datang ke KEBONDESO MULUR Balesari RT 02 RW 02 Mulur Bendosari Sukoharjo.

Terima kasih dan semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian.