Monday 21 January 2019

Napak Tilas Jejak Samber Nyawa

Generasi Mangkunegaran

Samber Nyawa adalah seorang pejuang yang melawan Belanda pada masanya. Nama kecil Samber Nyawa adalah Raden Mas Said, sedangkan nama Samber Nyawa merupakan nama yang diberikan karena taktik dan perjuangannya dalam melawan Belanda. Samber Nyawa merupakan salah satu bangsawan dan melawan Belanda karena menuntut keadilan atas perlakuan penjajah Belanda terhadap ayah kandungnya. Perjuangan Samber Nyawa meliputi daerah Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo bahkan hingga ke Gunung Kidul Jogjakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa petilasan yang menjadi persinggahan ataupun tempat istirahat dan mengatur strategi melawan Belanda.
Yang pertama adalah Sendang Siwani yang berada di Krisak Selogiri Wonogiri, dimana saat itu dalam pengejaran Raden Mas Said mendapatkan wahyu dan cara untuk melawan Belanda. Konon saat sedang duduk di bawah sebuah pohon beringin yang terdapat mata air/sendang adalah pertarungan 2 ekor kerbau. Yang satu kerbau besar dan satunya kerbau kecil. Kerbau besar dapat mengalahkan kerbau kecil dengan mudah sehingga kerbau kecilpun kalah dan kecapekan. Kemudian kerbau kecil itupun meminum air sendang dan akhirnya mendapatkan energinya kembali dan bertarung kembali dengan kerbau besar dan akhirnya mengalahkan kerbau besar tersebut. Hal inilah yang kemudian memberikan inspirasi kepada Raden Mas Said dengan meminum air sendang tersebut dan kembalilah semnagatnya berkobar untuk melawan Belanda dan membuat Belandapun akhirnya menyerah. Sampai saat ini sendang Siwani masih terjaga dengan baik dan menjadi salah satu petilasan peninggalan Samber Nyawa.

Surat Kekancingan Mangkunegaran
Raden Ayu Ahadiyah Buyut dari Samber Nyawa
Petilasan yang kedua adalah Prasasti Nglaroh yang berada di bagian utara sendang Siwani in tepatnya di dusun Nglaroh Selogiri kira-kira 3km ke arah utara dari sendang Siwani. Di tempat inilah Raden Mas Said memberikan semangat kepada para pengikutnya dan membuat pemerintahan. Salah satu slogan yang terkenal adalah Tiji Tibeh ( Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh) artinya mati satu mati semua, berhasil satu berhasil semua dalam arti sebuah janji bersama untuk melawan Belanda. Semangat inilah yang hingga saat ini masih menjadi salah satu slogan dalam sebuah kelompok/komunitas.
Petilasan Jangglengan adalah sebuah bukit di wilayah Jangglengan Nguter Sukoharjo sebelah timur dari Bendungan Colo Pengkol yang merupakan salah satu tempat peristirahatan Samber Nyowo dimana saat itu terluka dan meneteskan darah di lokasi yang dimaksud, sebagai pengingat maka diberikan tanda di daerah itu. Sayangnya lokasi ini sekarang tidak terawat dengan baik karena tidak ada penerus dari keluarga yang terkait. Konon tempat ini sudah ada sebelum Desa Jangglengan dibangun di wilayah tersebut.
Umbul Nogo Manyaran juga menjadi salah satu tempat petilasan yang terjaga hingga saat ini. Disinilah Samber Nyawa beristirahat dalam pengejaran seraya menyusun strategi. Hingga saat ini Umbul Nogo menjadi tempat pemandian yang juga ramai dikunjungi wisatawan.
Petilasan selanjutnya adalah Omah Tiban yang berada di kaki gunung Lawu sebelah selatan tepatnya di Bubakan Girimarto Wonogiri. Disini juga Raden Mas Said menyusun strategi perlawanan mebhalau Belanda dan juga menyebarkan ajaran agama Islam kepada penduduk sekitarnya.
Petilasan terakhir dalam perjuangan Raden Mas Said adalah Gunung Gambar di Wonosari Gunung Kidul Jogjakarta. Disinilah tempat menyusun strategi sebelum akhirnya membuat Belanda harus mengakui kesaktian dan keberanian Samber Nyawa dimana akhirnya Kasunanan/Kesultanan Surakarta dibagi menjadi 3 bagian yaitu Kesultanan Jogjakarta dan Kesultanan Surakarta dan Mangkunegaran dimana Raden Mas Said mendapatkan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara (1) dimana kedudukannya sejajar dengan Raja dari kedua kerjaan yaitu Jogjakarta dan Surakarta dan memiliki wilayah sendiri yang meliputi Kedaung Matesih Karangnyar, Gunung Kidul dan Kedu.
Peristiahatan terakhir Samber Nyawa adalah di puncak Mangadeg Matesih yang hingga saat ini selalu didatangi oleh para penerusnya dan para peziarah dari berbagai kalangan.

No comments:

Post a Comment