Wednesday 29 May 2019

Silsilah Kyai Imam Dawud Jatisalam Wonogiri

Silsilah Kyai Dawud


Setelah Raden Ayu Ahadiyah ditinggalkan suaminya karena meninggal dunia  Kyai Imam Rozi kemudian menikah lagi dan dipersunting oleh Kyai Imam Dawud dari Jatisalam Wonogiri . Sebelumnya pada pernikahan pertama Kyai Imam Dawud dengan Nyai Imam Dawud Saya menurunkan seorang putra yaitu Kyai Romli Jatisalam Wonogiri yang akhirnya menurunkan 9 orang putra-putri sebagai berikut:

  1. Kyai H Rohmat Turen (Weru) menurunkan Kalyubi, Rominah, Timan, Abdulbasir, Sirom, Rofi'i, Suwaebah dan Salamah yang semuanya berdomisili di Turen Weru Sukoharjo.
  2. Nyai C Mustawi Jatisalam menurunkan Samdari , Abdulmajid dan Abdussomad yang semuanya berada di Jatisalam Wonogiri.
  3. Nyai C Abdullah Jatisalam menurunkan Abdurrahman , Nyai Abdul Manan, Nyai Abdullah Tanggung, Nyai Abdul Basir Turen Weru, Ali Sjuhudi Betal, dan Nyai Abdul Usman Jatisalam Wonogiri
  4. Kyai I Diharjo Jatisalam menurunkan Kasbullah, Nyai Alfandi, Abdurrahman, Nyai I Mursjidi (Naib Slogohimo), M Kusdani, Nyai Djuwahir (Talbiyatun), Moh Kusno (Wonogiri), Moh Djuwaini dan Nyai Tarmi.
  5. Nyai C Muhammad Ngumbul menurnkan Abdulsalam Bakalan, M. Umar (Lampung) dan M Ma'no (Wonogiri)
  6. Kyai Mucharror Jatisalam Wuryantoro menurunkan Nyai Abdul Hamid (Aminah), H Maliki, M Ma'nan (Setiung II), dan M Ma'no (Setiung II)
  7. Nyai Muslim Kedungdowo Wuryantoro menurunkan Nyai Syafa'ah, Saubari, Sadeli (Sragen), M Idris (Sragen), Nyai Rochi,am Kedungdowo dan Nyai Tuminah (Sragen).
  8. Kyai Abdullah Surur Jatisalam menurunkan Marfiatun (Jakarta), Nafsiah (Setiung II), Ummi Kalsum (Setiung II), Rusdi (Setiung II) dan Tohir (Sumbergede)
  9. Nyai Abdurrochim Bacem (Solo) menurunkan Rochmah dan Ahmad keduanya di Bacem Solo.
Salah satu anak turun Kyai Imam Dawud


Sedangkan keturunan Kyai Imam Dawud dengan istri kedua yaitu RA Ahadiyah bisa anda baca pada artikel sebelumnya Raden Ayu Ahadiyah dan keturunannya . 
Kyai Imam Dawud memiliki dengan Kasunanan Surakarta karena dari nasab yang tertulis masih ada keterkaitan dengan Sunan pertama Kartasura dan dapat dikatakan hubungan selanjutnya dengan pernikahan beliau dengan Raden Ayu Ahadiyah yang trah ningrat.

Surat bukti Imam Dawud menikahi RA Ahadiyah

Banyak keturunan dari Kyai Imam Dawud yang tersebar mulai dari Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Karanganyar bahkan hingga Jakarta dan Setiung II Sumatera dan banyak diantara mereka menjadi penerus perjuangan Kyai Imam Dawud dalam mengajarkan dan menyebarkan agama Islam di wilayah Indonesia hingga saat ini. Menurut informasi yang kami dapatkan makam Kyai Imam Dawud berada di sekitaran dusun Matah Krisak Selogiri Wonogiri .
Pemindahan Makam Kyai Imam Dawud dari Jatisalam/Salamsari Wuryantoro atas sebuah mimpi dari Mangkunegara VIIIyang datang oleh pasangan lelaki dan perempuan yang cantik dan berpesan jika makam gagahnya tidak dipindahkan nanti akan tenggelam karena lokasi tersebut akan digunakan sebagai Waduk Gajah Mungkur . Setelah mencari tahu siapa kah keturunan Mangkunegaran yang ada di Wonogiri barulah paham jika salah satu cucu Samber Nyawa yaitu RA Ahadiyah berada di lokasi tersebut. Tepat 1 hari sebelum dimulai peresmian Bendungan Gajah Mungkur keduanyapun dipindahkan ke pemakaman umum Matah di Krisak belakang terminal Krisak Wonogiri
Diantara anak turun Imam Dawudinipun ada yang tetap menjalankan dakwah sang kyai dengan cara dan metodenya masing-masing, bahkan ada salah satu anak turunnya menjadi Guru Besar agama di UIN Jakarta yang merupakan salah satu keturunan dari Sangen Weru Sukoharjo.
Jika diantara para pembaca merasa memiliki keterkaitan dengan nasab Kyai Imam Dawud mohon berikan komentar pada kolom di bawah agar kami bisa melacak dan menyambung tali silaturahmi diantara keluarga besar Kyai Imam Dawud Jatisalam Wonogiri . Terima kasih atas Perhatian dan kesempatan untuk membaca sedikit artikel mengenai Silsilah Kyai Imam Dawud Wonogiri semoga para pembaca mendapatkan informasi yang bermanfaat dari sedikit tulisan kami ini. (Khalid)

Monday 27 May 2019

Kyai Imam Rozi Singo Manjat Tempursari



Mungkin sebagian dari pembaca sudah paham betul dengan Kyai Imam Rozi atau yang mendapatkan julukan Singo Manjat seorang kyai pendiri Pondok Pesantren Tempursari Klaten yang termasyur perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam khususnya di wilayah Klaten. Beliau merupakan salah satu orang kepercayaan Pangeran Diponegoro dan mendapatkan gelar sebagai salah satu Manggolo Yudho atau Panglima Perang pada masa Perang Diponegoro. Sebagai tanda jasa atas dedikasinya , itulah kemudian Kyai Imam Rozi dinikahkan dengan saudara sepersusuan dari Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Ayu Sumirah , dan agar tidak diketahui oleh pihak Belanda pada waktu itu RA Sumirah berganti nama menjadi Nyai Kedunggubah .
Pernikahan antara Kyai Imam Rozi dengan RA Sumirah ini menurunkan 3 orang anak yaitu:

  1.  Kyai H Said Tempursari yang kemudian menurunkan Nyai H Soleh (Ngadirojo), Nyai H Jusuf (Bareng Klaten), Nyai H Adam Sorowaden (Klaten), Nyai H Zakaria (tempursari), Nyai Hadi (Gajahan Solo), Kyai H Rois (Jatinom Klaten). ), Kyai H Adul Qodir (Mojayan), Nyai Imam Ashari (Turusan Klaten), Nyai Dasuki Malan (Klaten), Nyai Imam Sumarto Sobrah (Klaten), Nyai Fadlil (Buntalan Klaten), Kyai Abdul Salam (Kauman Solo), Nyai H Asmui (Boyolali) dan Kyai H Muhsin (Tempursari).
  2. Kyai Abdullah Surur (Glondong Jogjakarta) yang menurunkan Kyai Asrowardi (Glondong), Nyai Siraj (Tempursari Klaten), Kyai Somasentono, Kyai Mawardi Ngadirejo, Kyai Iman Diharjo (Tempursari), Kyai Abdullah Zaini (Tempursari) dan Nyai Kholil (Glondong).
  3. Kyai Abdul Alim Pajang (Sukoharjo) yang menurunkan Kyai Murtadlo (Nguter), Nyai I Rozi (Serengan Solo), Nyai Sahrowardi (Tempursari), Kyai H Dimyati (Beji), Nyai Mukmin (Blulukan), Kyai Abdul Muin (Tuwak), Kyai Abdullah Jusuf (Glondong) dan Kyai Kholil (Glondong)


RA Sumirah merupakan istri ketiga dari Kyai Imam Rozi Singo Manjat sebelumnya Kyai Imam Rozi menikah dengan Nyai Sadarni dari Krang Dowo (Klaten) yang memiliki 2 orang putri yaitu:
  1.  Nyai H Qorib (Tempursari) yang menurunkan Kyai Hasan Munawar, Kyai Abdul Gafar, Kya H Rois Pengaron, Nyai Abdullah (Tempursari), Nyai Hasan Mujahid, Nyai Fadlil Popongan (Klaten), Kyai Abdul Muid, Kyai Abdullah Zaini dan Kyai Muhyidin.
  2. Nyai Abdul Hamid Tempursari yang menurunkan Nyai Abdul Jabar (Beji), Kyai Siraj (Tempursari) dan Nyai Rosyadi Popongan.
Istri kedua dari Kyai Imam Rozi Singo Manjat  Nyai Mlangi dari Jogjakarta yang menurunkan 2 orang putra putri yaitu:
  1. Nyai Joyongulomo menurunkan Nyai Sarwono, Kyai Sahrowardi, Kyai Bajuri Ploso Kuning, Kyai Abdullah Qodir Jimbung, Nyai Abdullah Karim dan Kyai Joyo Sumarto Polanharjo.
  2. Kyai Im Rozi Petak (Susukan Salatiga) menurnkan Kyai Abdul Jalil Petak (Salatiga), Kyai Abdul Hamid (Kenteng), Nyai Marfuah, Nyai Hasbullah), Nyai H Ali Petak (Salatiga) dan Kyai Danusiri Petak (Salatiga).
Pernikahan Imam Rozy dan RA Ahadiyah diabadikan dalam buku ini

Sedangkan istri ke empat dari Kyai Imam Rozi adalah Raden Ayu Ahadiyah yang hanya menurunkan seorang putri dari pernikahan ini yaitu Raden Ayu Samsiyah atau dikenal dengan nama lain Nyai Zaed Gabudan Solo karena menikah dengan Kyai Muh Zaed yang menurunkan 10 orang putra putri yaitu:
  1. Kyai Zaerozi Gabudan Solo, beliau meninggal di Mekah sewaktu berhaji dan menetap disana.
  2. Nyai Tohir Tempursari Klaten.
  3. Kyai Chatibarum Jenengan Solo (dari kata Khatib Arum imam besar Masjid Agung Solo)
  4. Kyai H Idris Jamsaren Solo
  5. Nyai Abdul Jalil (Tsuwaibah) Geritan Klaten)
  6. Kyai Nawawi Mojosongo (Solo)
  7. Nyai Abdul Fatah (Gajahan Solo)
  8. Kyai H Irsyam Bunderan Solo
  9. Nyai Abdul Qodir (Boyolali)
  10. Nyai Abdullah Ikhsan (Mojosongo Solo)

Kisah Raden Ayu Ahadiyah

Keturunan dari 10 putra putri ini biasa disebut sebagai Bani Zaed yang berkumpul setiap tahun sekali. Setelah memiliki seorang putri tadi kemudian mbah Imam Rozi meninggal. RA Ahadiyah selanjutnya menikah dengan Kyai Imam Dawud dari Jatisalam Wonogiri
Demikian tadi silsilah lengkap dari keturunan Kyai Imam Rozi hingga cucu beliau, jika kemungkinan Anda mengenal nama-nama diatas sebagai salah satu kerabat (Kakek Buyut) kemungkinan Anda bersambung dengan nasab Kyai Imam Rozi alias Singo Manjat yang merupakan salah satu Manggolo Yudho dan penyiar agama Islam ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda para pembaca. Tulisan ini berdasarkan pada silsilah yang bisa dipertanggung jawabkan keakuratannya. Kritik dan saran kami tunggu pada bagian komentar. Terima kasih. (Khalid).

Sunday 19 May 2019

Riwayat KH Abdul Jalil (KH Muh. Marwan bin KH Muh. Soleh) Bani Abdul Jalil


Setelah dalam postingan sebelumnya mengenai garis silsilah Raden Ayu Ahadiyah selanjutnya pada keturunannya terdapat Nyai Abdul Jalil Geritan Klaten (atau dengan nama lain Tsuwaibah) yang dipersunting oleh KH Abdul Jalil (Muh Marwan) yang pada seterusnya menurunkan Bani Abdul Jalil. Siapakah tokoh KH Abdul Jalil ini? Berikut kami ulas sesuai dengan informasi yang terangkum dalam Riwayat KH Abdul Jalil (Bani Abdul Jalil).
KH Abdul Jalil dilahirkan di dukuh Pengkol- Klaten pada Kamis Pon tahun 1823 dengan nama kecil Muh. Marwan. Beliau ini adalah putra dari KH Muh. Soleh dan masih ada garis keturunan dari Ibrahim Asmoro. KH Abdul Jalil juga merupakan murid dari Kyai Muh Zaid yang tak lain pada selanjutnya juga menjadi mertuanya karena mempersunting putri Kyai Zaid yang bernama Tsuwaibah. KH Abdul Jalil menikah 2 kali yang pertama dengan putri dari Kyai M. Yusuf Jatisalam dan berputra 1 namun pernikahan ini hanya berusia 3 tahun karena istri dan anaknya kemudian meninggal dunia. 2 tahun kemudian KH Abdul Jalil menikah lagi dengan putri guru ngajinya yaitu Nyai Tsuwaibah binti Kyai Muh Zaid. Pada pernikahan ini dikaruniai 9 orang anak.
Saudara dari KH Abdul Jalil adalah KH Marzuqi (Naib Delanggu), Nyai Abdul 'Alim (Pengkol Ngaran Klaten), Nyai Abdul Jalal (Ngaran Klaten), Nyai Imam Muhtar (Sorowaden Klaten) dan Nyai Jatinem Imam Suraji (Sugihan Sukoharjo). KH Abdul Jalil bekerja dan mencari nafkah dengan bertani dan menjadi pegawai dengan pekerjaan Naib  di Ketandan Klaten dan pensiun saat berusia 102 tahun. Selanjutnya KH Abdul Jalil menjadi Lurah Bekel Kabudidayan dan bertani hingga akhir hayatnya.

Photo Bani Abdul Jalil dari Mulur Sukoharjo

Sedangkan Nyai Abdul Jalil yang merupakan putri dari memiliki 9 orang saudara yaitu:

  1. Kyai Saerozi melaksanakan ibadah Haji kemudian tinggal dan menetap disana sebagai pengajar hingga akhir hayatnya.
  2. Nyai M Tohir merupakan istri dari KH M. Tohir guru Ponpes Tempursari Klaten
  3. Kyai H Fadlili (Kyai Khatib Arum) merupakan guru Ponpes di Jenengan Solo dan guru Madrasah Mamba'ul Ulum Solo. Terakhir menjadi khatib di Masjid Agung Solo hingga akhir hayatnya dan disebut sebagai Kyai Khatib Arum. Beliau merupakan kakak ipar dari KH Ahmad Dahlan sang Pencerah dan pendiri ormas Muhammadiyah.
  4. Kyai Haji Muh Idris merupakan guru besar di Ponpes Jamsaren Solo yang kini makamnya berada di Pracinoloyo Makamhaji bersebelahan (baratnya) dari makam Mbah Kyai Siraj Solo (karena masih ada keterkaitan nasab)
  5. Kyai Nawawi tinggal di Mojosongo Boyolali hingga akhir hayatnya dan tidak memiliki keturunan.
  6. Nyai Abdul Fatah Gajahan Solo merupakan istri dari Kyai Abdul Fatah ulama Hafidz Qur'an di Gumuk Solo.
  7. Kyai H Irsjam yang merupukan guru Madrasah Mamba'ul Ulum solo dan juga menjadi salah satu Khatib di Masjid Agung Solo dengan nama tua Kyai Reksodipuro.
  8. Nyai Abdul Qadir merupakan istri dari Kyai Abdul Qadir penghulu Landrad di Klaten kala itu.
  9. Nyai Abdullah Ichsan merupakan istri Kyai Abd. Ichsan naib qadli di Mojosongo Boyolali.
Dari pernikahan antara KH Abdul Jalil dengan Nyai Abdul Jalil Geritan ini memiliki 8 orang anak yaitu:
  1. Kyai Muh Bakri Soleh Dirjosantosa yang menjadi naib di Bendosari Sukoharjo. Beliau ini meninggal karena disiksa oleh Belanda pada masa perang kemerdekaan karena dianggap membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau akhirnya meninggal dan di makamkan di Mulur Bendosari Sukoharjo. Makam beliau saat ini ada di TPU RA Serang Mulur 
  2. Nyai H Ahmad (Rohmah) Drana 
  3. Nyai Ilhar (Umi) Geritan Klaten
  4. Nyai Sahrowardi (Kuning Rosinah) Wedi Klaten
  5. Nyai Abu Hasan (Ireng Rosidah) Pajang
  6. Nyai Abdulhamid (Rosiyem) Soka
  7. Nyai Bodri (Musngidah) Nogosari
  8. Kyai Muqorrob Wonogiri
Mengenai Nyai Abdul Jalil Geritan beliau adalah salah satu keturunan Puro Mangkunegaran dari RA Samsiyah alias cucu dari RA Ahadiyah dari pernikahannya dengan KlatenKyai Imam Rozi Tempursari . Dan beliaupun mempunyai gelar yaitu Raden Ayu Tsuwaibah S.A Abdul Jalil yang terdapat dalam Piagam Sentono Mangkunegaran.
Keturunan KH Abdul Jalil ini setia tahun berkumpul untuk bersilaturahmi satu sama lainnya dan membentuk Bani Abdul Jalil yang berpusat di Klaten. Acara pertemuan rutin digelar setiap tahun pada saat Lebaran Idul Fitri untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan di lingkungan keluarga keturunan KH Abdul Jalil ini.
Tulisan ini bersumber pada buku Sekilas Pandang Biografi K.H. Abdul Jalil bin KH. Muh Soleh yang diterbitkan oleh Sekretariat Keluarga Besar Bani Abdul Jalil Klaten
Jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan kami di blog ini kami mohon maaf dan mohon berkenan memberikan koreksi pada kolom komentar untuk nantinya kami perbaiki dan kami sempurnakan. Terima kasih.

Saturday 18 May 2019

Raden Ayu Ahadiyah Buyut Samber Nyawa Penurun Para Ulama

Salinan Manakib Kyai Moch Sahlan Pekalongan

Bagi kita saat ini pasti sudah tidak asing dengan kata ulama yang memang akhir-akhir ini sering muncul. Adalah seorang perempuan keturunan ningrat bernama Raden Ayu Ahadiyah yang diturunkan dari ulama khususnya di wilayah Solo Raya seperti Klaten, Wonogiri, Solo dan Sukoharjo yang merupakan anak turun dari beliau ini. Dari sumber yang dapat dipercaya melalui pertemuan dari sebuah silsilah yang diterbitkan oleh Kyai Haji Moch Sahlan dari Pekalongan yang juga merupakan salah satu keturunan dari RA Ahadiyah ini terdapat banyak sekali/kyai besar yang merupakan keturunan beliau ini.

Sinar. Chad Imam Rozy adalah RA Ahadiyah

siapa Raden Ayu Ahadiyah ini?
Raden Ayu Ahadiyah merupakan salah satu cucu dari Kyai Syarifuddin Gading Santren  (dimakamkan di Gading Santren Klaten Utara) atau disebut juga sebagai BRM Bambang Sasongko yang merupakan putra dari Pakubuwono II (artinya RA Ahadiyah merupakan Buyut dari Paku Buwono II raja Kartasura) yang memilih minggir dari pergolakan politik yang terjadi di Keraton kala itu dan lebih mengabdikan dirinya sebagai penyiar Agama Islam di wilayah Klaten dengan mendirikan Ponpes yang sekarang dikenal dengan Ponpes Gading Santren. RA Ahadiyyah merupakan putri hasil temuan pernikanan ANTARA putri Kyai Syarifuddin Gading Santren Yang Bernama RA Ba'diyah dengan Raden Asrom Puspodiningrat yang merupakan cucu dari Samber Nyawa ( Mangkunegara I ) sehingga bisa disebut RA Ahadiyah merupakan Buyut dari Mangkunegara I (dalam Surat Kekancingan Mangkunegaran ditulis RA Chad Imam Rozi) . Dari pernikahan tersebut lahirlah RA Ahadiyah yang kemudian menikah dengan Kyai Imam Rozi atau dikenal sebagai Singo Manjat salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Dari pernikahan keduanya inilah lahir RA Syamsiah yang dikenal juga sebagai Nyai Zaid karena beliau menikah denganKyai Muh Zaid . Pernikahan RA Ahadiyah dengan Kyai Imam Rozi melahirkan putri bernama RA Samsiyah , setelah Imam Rozi meninggal dunia RA Ahadiyah diboyong kembali ke Pura Mangkunegaran Solo karena sudah tidak memiliki sosok pegangan dan keluarga di Klaten ini kemudian RA Ahadiyah dipersunting oleh Kyai Muhammad Imam Dawud (Singomanggolo) dari Wonogiri (menurut tulisan Kyai Bilal Kauman) atas bantuan Kyai Thabrani dari Jogja (konon karena suara adzan yang merdu dari Kyai Imam Dawudlah kemudian dijodohkan dengan RA Ahadiyah itu)  Dari pernikahan kedua lahirlah 5 orang putra dan putriyang menyebar di wilayah Wonogiri dan Klaten kemudian keturunan putra-putri beliau menyebar kembali mulai dari Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, bahkan hingga Sentiung Sumatera .
Silsilah keterkaitan Joko Tingkir hingga Pangeran Samber Nyawa (RM Said)
Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya Pajang 1549-1582)
Pangeran Benawa (Prabuwijaya Pajang II1586-1587)
Dyah Banowati (Mataram II) + RM Jolang (Panembahan Sedo Krapyak)
Sultan Agung 1593-1645
Amangkurat II 1646-1677
Pangeran Puger (PB I) Kartasura III 1704-1719
Amangkurat IV 1719-1726
Arya Mangkunegara Kartasura (dibuang ke Ceylon/Sri Langka)
Kanjeng Gusti Adipati Arya Mangkunegara I Samber Nyawa (RM Said)
Telusur oleh R. Nur Khalid Y, S.E dari berbagai sumber

Surat Kekancingan/Piyagem Sentono Mangkunagaran

Silsilah dari Raden Ayu Ahadiyah dari pernikahan dengan Kyai Imam Rozi (Singo Manjat) pada pernikahan pertama kelahiran RA Syamsiyah (Nyai Zaid) dari keturunan ini disebut Bani Zaid yang setiap setahun sekali masih mengadakan acara pertemuan rutin guna menyambung tali silaturahmi. Pernikahan RA Syamsiyah dengan Kyai Muh Zaid memiliki 10 putra dan putri yaitu:

  1. Kyai Saerozi (Gabudan Solo) meninggal di Makah sewaktu belajar dan memperdalam permainan disana.
  2. Nyai Hj Tohir (Tempursari Klaten) yang menurunkan Kyai Abdul Muid Tempursari Klaten.
  3. Kyai H Fadhil (Khatib Arum) memiliki 7 putra-putri yaitu RT Pringgokusumo (Solo), Nyai Imam Saerozi (Naib Betal Wonogiri), Nyai Sholeh atau Fatimah Bakri (Mulur Sukoharjo), Nyai Muchtar (Solo), Kyai H Fadlil (Solo) , Kyai Amir Hamzah (Solo) dan Nyai H Ma'ruf (Solo)
  4. Kyai Haji Idris (Jamsaren Solo) yang menurunkan Nyai Manusia (Solo), Nyai H Abu Amar (Jamsaren Solo), Nyai Abdul Hamid (Solo), Nyai Abdul Jalil (Solo), Kyai Dasuki (Solo), Nyai Sadjadi (Solo) dan Kyai Muhammad (Solo).
  5. Nyai Abdul Jalil atau Tsuwaibah (Geritan Klaten) yang menurunkan Kyai Sholeh Bakri (Mulur Sukoharjo) baca juga Bani Hasan Minhaj Solo  , Nyai Ahmad (Drana Klaten), Nyai Ilhar (Geritan Klaten), Nyai Sahrowardi (Wedi Klaten), Nyai Abu Hasan ( Pajang Solo), Nyai Abdul Hamid (Soka), Nyai Badri (Nogosari) dan Kyai H Muqorrob (Wonogiri) dari silsilah ini kemudian dikenal sebagai Bani Abdul Jalil Klaten. Dari sini ada bukti autentik berupa Surat Kekancing yang dikeluarkan oleh Wedana Satriya Mangkunegaran yang bisa menjadi bukti kuat yang menyebutkan urutan silsilah keluarga ini.
  6. Kyai Nawawi (Gabudan Solo) yang tidak memiliki keturunan.
  7. Nyai Abdul Fatah (Gajahan Solo) menurunkan Kyai H Zakaria (Gajahan Solo).
  8. Kyai H Irsjam (Bunderan Solo) menurunkan Kyai H Dimyati (Kauman Solo), Kyai H Sanusi (Solo), Kyai Sjatibi (Solo), Nyai H Ghozali (Solo) dan Kyai Rohmat (Musuk Boyolali)
  9. Nyai Abdul Qodir (Boyolali) menurunkan Kyai Khasbi (Boyolali), Nyai H Tohir (Boyolali), Nyai Sastrowidagdo (Boyolali) dan Nyai Ma.sum (Sragen)
  10. Nyai Abdullah Ichsan (Mojosongo) menurunkan Kyai H Suryani (Sraten Solo), Nyai H Samsul Ma,arif, Kyai Tabriizi Sentono (Klaten), Nyai M Usman (Boyolali), Nyai Abu Naim (Mojosongo), Nyai Abdullah Satari (Mojosongo) dan Kyai Tembadaw (Mojosongo).


Skema silsilah yang penulis dapatkan dari pakdhe Daryono Soebagyo yang merupakan salah satu cucu mantu dari KH Bilal Kauman Solo dimana data dalam skema silsilah ini hampir sama dengan tulisan KH Moch Sahlan Pekalongan dan saling melengkapi.

Pagam Sentono Mangkunegaran Trah Imam Rozi

Makam dari RA Samsiyah berada di komplek pemakaman Gunung Wijil Selogiri bersama RA Rubiyah Matah Ati  ( putri kyai Hasan Nur Iman) salah satu Permaisuri dari Pangeran Samber Nyawa atau Mangkunegara I dimana RA Samsiyah merupakan salah satu keturunan   Pangeran amber Nyawa atau RM Said sehingga di makamkan di Gunung Wijil ini.

Piagam Sentono Trah Imam Dawud

Sedangkan pada pernikahan kedua RA Ahadiyah dipersunting oleh Kyai Imam Dawud Jatisalam Wonogiri  dari Jatisalam Wonogiri, adapun dari pernikahan yang kedua ini menurunkan 5 putra-putri yaitu:

  1. Nyai H Jusuf (Wuryantoro Wonogiri) yang menurunkan Kyai Abdullah Irsyad (Wuryantoro Wonogiri)
  2. Nyai Mustofa (Betal Wonogiri) yang menurunkan Nyai Imam Usman (Betal Wonogiri), Nyai Imam Irsyad/Siti Robiah (Betal Wonogiri), Kyai Abdullah Ichsan (Mojosongo Solo), Nyai Muhammad Dawe (Baturetno Wonogiri) pada keturunan ini masih aktif di Bani Samdari Wonogiri serta Bani Abdurahman Wonogiri , Kyai Imam Saerozi/Kyai Ilyas (Betal Wonogiri) dan Nyai Imam Irsyad/Jamilah (Betal Wonogiri)
  3. Nyai Murtadlo (Sugihan Sukoharjo) menurunkan Kyai H Abdullah Ibrahim (Karanganom Klaten), Nyai H Sodiq (Sugihan Sukoharjo), Nyai M Ismail (Bendungan Sukoharjo), Nyai M Soleh (Plumpung Sukoharjo), Kyai Djauhari (Bleki Sukoharjo).Dalam penelusuran masih ada.
  4. Kyai Abdullah Ibrahim (Ceper Klaten) menurunkan Kyai Imam Muhtar (Manyaran Wonogiri), Nyai M Dawud (Pedan Klaten), Kyai Diryosarjono (Naib Ceper Klaten), Kyai Abdul Chamid (Karanganom Klaten), dan Nyai Abdullah Surur (Naib Pedan Klaten).
  5. Nyai H Mu'min (Gading Santren Kalten) menurunkan Nyai Muhammad Ircham (Gading Santren Klaten), Nyai Imam Bakri (Gading Santren Klaten), Kyai Moch Ridwan (Ngaran, Mlese Ceper Klaten), dan Kyai Moch Alwi (Gading Santren).
keberadaan makam Kyai Dawud dan RA Ahadiyah dipindahkan dari Jatisalam karena proyek Bendungan Gajah Mungkir kini berada di wilayah pemakaman umum dusun  Matah belakang terminal  Krisak Wonogiri dan masih terawat dekat dengan Sendang Siwani yang terkait dengan perjuangan   Pangeran  Samber Nyawa.
Sedangkan Kyai Imam Rozi (Singo Manjat) yang makamnya di Tempursari Klaten Utara  memiliki 4 orang istri yaitu:
  1. Nyai Sadarni (karangdowo Klaten) yang memiliki 2 putri yaitu Nyai Ghorib (Tempursari) dan Nyai Abdul Hamid (Tempursari)
  2. Nyai Mlangi (Yogyakarta) menurunkan Nyai Joyongulomo dan Kyai Ima Rozi (Petak Susukan Salatiga)
  3. Nyai Sumirah  merupakan saudari sepersusuan dari  Pangeran Diponegoro atau dikenal sebagai Nyai Kedung Gubah menurunkan Kyai H Said (Tempursari Klaten), Kyai Abdullah Surur (Glondong Jogjakarta) dan Kyai Abdul Alim (Pajang Solo)
  4. Nyai RA Ahadiyah (Gading Santren) yang menurunkan 1 putri yaitu RA Syamsiyah atau Nyai Muh Zaid dan kelak anak cucunya disebut Bani Zaid.
Pada pernikahan pertama Kyai Dawud Jatisalam mempersunting Nyai Imam Dawud yang hanya berputra tunggal yaitu Kyai Romli Jatisalam Wonogiri, selanjutnya Kyai Romli memiliki putra-putri sebanyak 9 orang yaitu:
  1. Kyai H Rohmat Turen (Weru Sukoharjo) keturunannya ada di Weru Sukoharjo
  2. Nyai C Mustawi (Jatisalam Wonogiri) keturunannya ada di Jatisalam Wonogiri
  3. Nyai C Abdullah (Jatisalam Wonogiri)
  4. Kyai I Dihardjo (Jatisalam)
  5. Nyai C Muhammad (Ngumbul Boyolali)
  6. Kyai Mucharror (Jatisalam) keturunannya ada di Setiung II Sumatera
  7. Nyai Muslim (Kedungdowo Wuryantoro)
  8. Kyai Abdullah Surur (Jatisalam) keturunannya ada di Setiung II Sumatera
  9. Nyai Abdurrochim (Bacem Solo)
Dalam penelusuran silsilah terkait RA Ahadiyah hanya anak turun dari RA Syamsiyah saja yang terverifikasi dengan bukti Piagem Sentono dari Mangkunegaran sedangkan putra putri dari Kyai Imam Dawud sampai hari ini belum kami temukan yang memiliki Piagem Sentono Mangkunegaran tersebut.
Pada awalnya makam RA Ahadiyah berada di Jatisalam/Salamsari Wuryantoro Wonogiri namun sekitar tahun 80 makam beliau dipindahkan ke Pasarean Matah Selogiri   bersama dengan jasad Kyai Imam Dawud . Pemindahan pemakaman tersebut pun dengan upacara lengkap karena memang masih trah ningrat alias darah biru.
Demikian sekelumit cerita dan silsilah yang berhasil kami rangkum dengan panduan dari manakib silsilah yang ditulis oleh Kyai H Moch Sahlan Pekalongan (beliau adalah putra Kyai H Chusnan dari Betal Wonogiri) juga sumber tulisan dari Kyai Bilal Kauman Solo dengan Surat Kekancingan dari Mangkunegaran . Tulisan ini semata-mata untuk mengenang dan mempererat silaturahmi dengan keluarga yang terkait dalam tulisan diatas. Sebenarnya masih banyak lagi yang belum kami tulis semuanya karena keterbatasan waktu dan pikiran. Tulisan ini hanya sampai pada silsilah cucu dari RA Ahadiyahdan semoga bermanfaat bagi para pembaca dan pencari garis silsilah yang terkait. Jika ada sanak saudara terkait dengan tulisan ini silahkan bergabung di group Facebook Keturunan RA Ahadiyah Sukmo Sawiji  atau melalui WA 081227078272 untuk kembali merangkai tali silaturahmi (R. Nur Khalid)

Tuesday 7 May 2019

Jejak Joko Tingkir di Sukoharjo

Ribuan bunga enceng gondok mekar di Kali Mati Tangkisan

Setelah mendapatkan petunjuk saat bermalam di pusara ayahandanya yaitu Ki Ageng Pengging (Kebo Kenongo) sang prawira Kasultanan Demak yaitu Joko Tingkir bergegas mencari sosok pakdhenya yang berjuluk Ki Buyut Banyu Biru yang tak lain dikenal sebagai Ki Ageng Purwoto Sidik bagi masyarakat di Jatingarang Weru Sukoharjo. Dalam cerita lainnya Ki Buyut Banyu Biru ini juga diperkirakan sebagai Kebo Kanigoro kakak kandung dari Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging) yang konon suka bertapa dan menyendiri dari hiruk pikuk kehiduan dunia. Ada sebuah kampung di Desa Kedung Winong Nguter yang bernama kampung Krebet konon penamaan tersebut terkait sebuah sumber mata air di bawah sebuah pohon beringin yang didalamnya terdapat bekas jejak kaki Mas Karebet (nama lain/nama kecil Joko Tingkir) dan hingga kinipun situs sejarah itupun masih ada. Dan perjalanan itupun sampailah Joko Tingkir di tempat yang kini disebut sebagai wilayah Jatingarang Weru. Setelah berjumpa dan mendapatkan ilmu kanuragan serta petuah-petuah maka kemudian bersama Ki Manca (yang kemudian menjadi salah satu pendamping Joko Tingkir sebagai patihnya) mereka bergegas menyusuri Kali Dengkeng hingga sampai di Majasta untuk meminta restu kepada Ki Suta Wijaya (dikemudian hari nama ini dipakai sebagi nama anak angkat Joko Tingkir). Perjalanan pun berlanjut hingga sampai di Kedung Srengenge saat itu terlihat seorang gadis cantik yang berada di pinggir Bengawan Solo yang tak lain adalah putri dari Ki Bahurekso (siluman buaya putih penunggu Kedung Srengenge) hinga terjadilah pertarungan antara Ki Bahurekso dengan Joko Tingkir dan dimenangkan oleh sang pemuda itu. Konon perjalanan selanjutnya gethek yang dinaiki oleh Joko Tingkir akhirnya dibantu oleh kawanan buaya yang kalah dalam pertempuran tadi hingga ke Demak untuk bertemu dengan Sultan Demak dan kembali mengabdi setelah pelarian sebelumnya.

Wilayah di Sukoharjo yang terkait dengan sejarah perjalanan Joko Tingkir/Mas Karebet antara lain wilayah di Jatingarang Weru, Kali Dengkeng, Bengawan Solo (Kedung Srengenge. Butuh Sonorejo) yang merupakan perlintasan dari rombongan Joko Tingkir menuju ke Demak. Sayangnya keberadaan Kedung Srengenge kini tertutupi oleh enceng gondok karena sudah menjadi Kali Mati dimana aliran asli Bengawan Solo kini dipindahkan ke sebelah barat karena adanya normalisasi/pelurusan Bengawan Solo yang kemudian menyisakan Kali Mati sepanjang lebih dari 10km antara Tawangsari hingga Grogol.
Salah satu tempat yang juga merupakan sisa kisah Joko Tingkir adalah tempat satang (dayung) getheknya yang dibuang dan menjadi pohon dan berbunga indah (Sono) sehingga Sinuhun Pakubowono 6 memberikan nama Sonorejo yang berarti tempat bunga yang indah dan pada akhirya menjadi ramai (Rejo). Sedangkan tempat Ki Ageng Butuh hingga kini disebut sebagai Kampung Butuh.
Salah satu petilasan yang saat ini masih ramai menjadi tempat ziarah adalah Makam Sutawijaya alias Ki Majasta yang berada di desa Majasto Sukoharjo dimana makam tersebut berada di sebuah bukit di sisi timur dari Kali Dengkeng yang merupakan salah satu anak sungai dari Bengawan Solo.
Peninggalan Joko Tingkir yang lainnya adalah sisa Kerajaan Pajang yang terletak di Pajang yang kini hanya terlihat sedikit saja dari puing-puing bekas Keraton Pajang. Konon di area Pajang inipula ditemukan sebuah arca peninggalan jaman Hindu yaitu sebuah patung sapi yang bisa anda telusuri dari pencarian Google lainnya.