Sunday, 21 October 2018

Mencari Serpihan Sejarah di Kalimati Sonorejo


Salah satu lokasi yang menjadi fakta sejarah berdirinya sejarah Kraton Surakarta adalah Kalimati yang merupakan aliran Bengawan Solo pada jaman dahulu. Adanya proyek pelurusan Bengawan Solo pada masa Orde Baru atau dibawah kepemimpinan Bapak Soeharto yang mana agar tidak terjadi banjir di Sukoharjo Barat dan Solo maka dibuatlah Bengawan Solo menjadi lurus dari Tawangsari hingga Jembatan Bacem. Aliran yang terputus itulah kemudian menjadi Kalimati Bengawan Solo. Salah satu cerita yang memberikan fakta sejarah adalah bahwa pada masa pembangunan Keraton Surakarta untuk mengangkut pohon jati dari alas Donoloyo di Wonogiri dengan menghanyutkan pada aliran Bengawan Solo tersebut.

Menapak Jejak Joko Tingkir
Selain fakta adanya beberapa mitos yang berkembang sepanjang Kalimati Bengawan Solo antara lain nama desa Tambak Boyo yang mana dahulu kala konon katanya memang merupakan daerah yang menjadi sarang dari buaya-buaya sehingga nama Tambak Boyo berarti Tambak tempatBuaya hidup. Menurut legenda yang masih sering diceritakan hingga saat ini adalah adanya perkelahian antara Joko Tingkir (Raja Surakarta pertama) dengan buaya putih dan konon perkelahian tersebut terjadi di Kedung Srengenge (matahari,bhs Jawa) yang berada di Kalimati Sonorejo. Hingga saat ini masyarakat masih mempercayai keberadaan buaya tersebut dan konon masih sering terlihat di Kedung Srengenge tersebut.
Nama Sonorejo merupakan nama pemberian Raja Surakarta kala itu yaitu Pakubuwono IX yang kala itu mendengar adanya pohon yang berbunga sangat indah. Konon pohon tersebut merupakan tongkat dari Joko Tingkir yang ditancapkan kemudian menjadi sebuah pohon yang memiliki bunga yang sangat indah menjadikan masyarakat berduyun duyun untuk melihatnya dan akhirnya menetap di daerah tersebut. Nama Sonorejo memiliki arti Sono (bunga/pohon) dan Rejo (ramai) dan nama inilah yang dipakai hingga sekarang.

Baca juga artikel: Menyusuri Riwayat Bengawan Solo

Secara geografis Bengawan Solo asli memang berkelak-kelok sehingga ketika musim penghujan akan menyebabkan banjir di sekitar alirannya Bengawan Solo tersebut. Satu lagi keberadaan sebuah rawa yang memanjang di derah Nguter tepatnya di dusun Jetis Badran sebelah barat Pasar Nguter yang hingga kini belum terungkap mengapa rawa tersebut ada. Menurut salah satu warga dulunya ada orang sakti yang bersabda dan terjadilah rawa tersebut. Jika dilihat sebenarnya memang ada kaitan dengan Bengawan Solo apakah memang aliran yang berpindah karena adanya banjir ataukah perbuatan manusia yang memang menggali aliran tersebut sehingga saat ini tampak seperti sebuah rawa dan terlihat sebagai sebuah bekas aliran Sungai.
Misteri lainnya adalah keberadaan rawa Malowopati dimana banyak dipercayai sebagai salah satu tempat atau dermaga di jaman Majapahit dan banyak ditemukan peninggalan kuno seperti emas, serpihan keramik, benda pusaka dan konon juga mengandung nilai mistis. Jika anda menggunakan peta atau citra satelit memang ada keterkaitan antara rowo Malowopati dengan aliran Bengawan Solo dimana jaman dahulu memang aliran Bengawan Solo merupakan sarana transportasi air penghubung Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk pada era Majapahit. Salah satu Raja Surakarta pun pernah menggunakan aliran Bengawan Solo sebagai jalur menuju ke Pulau Garam Madura dan tercatat dalam sejarah kerajaan Surakarta dengan adanya patung Rajamala yang masih tersimpan di museum Radya Pustaka Solo.

No comments:

Post a Comment