Monday, 19 November 2018

Asiknya Menyisir Gunung Gajah Mungkur


Salah satu kegiatan kami ketika sedang longgar adalah memacu motor matic kemanapun hati mengajak. Kali ini kami mencoba menyisir kaki Gunung Gajah Mungkur dan menikmati indahnya landscape yang berada di Desa Kedung Sono Kecamatan Bulu Sukoharjo. Perjalanan yang saat itu kami mulai dari kota Kecamatan Bulu kemudian mulai memacu motor menuju ke Desa Kedung Sono yang berada di tenggara wilayah kecamatan Bulu Sukoharjo. Memasuki area Desa Tiyaran motor kami belokkan ke kanan dan lurus menyusur jalan yang sudah lumayan bagus dengan aspal.
Sampailah pada Desa Kedung Sono dimana memang terdapat banyak kedung/lubuk di sungai namun karena masih dalam musim kemarau belum ada setetes airpun di sungai-sungai itu. Dan sungguh sebuah pemandangan yang maha dasyat serta dengan terkagum melihat bentuk relief landscape yang sangat menawan ini.
Baca juga Menjelajah Pegunungan Seribu
Gunung Sepikul terlihat dari jauh

Dalam hati ini sungguh sebuah maha karya cipataan Tuhan yang tiada seorangpun sanggup membayangkan dalam kebesarnNya. Mungkin jika motor kami adalah off road bisa lebih masuk ke dalam dengan jalan terjalnya, namun motor matic kami kurang fit kondisinya sehingga kami putuskan hanya menyisir bagian kaki pegunungan itupun sudah membuat hati berdecak kagum tiada henti karena melihat indahnya pemandangan dengan hamparan hijau bak sebuah karpet yang terbentang dengan corak serupa lukisan dan pahatan.
Nah anda bisa juga menikmati beberap photo yang sempat kami abadikan sebagai sebuah kenangan bahwa kami sudah pernah kesini.

Relief Yang Menawan

Beautiful Landscape

Wednesday, 31 October 2018

Kegiatan Kebersihan Menjaga Alam


Selain aktif dalam acara kumpul-kumpul alias kopdar beberapa kali sayapun mengikuti kegiatan untuk membersihkan lingkungan bersama rekan-rekan khususnya para pemancing. Antara lain kegiatan kebersihan di Kalimati Ngares Bulakan, Pembersihan Enceng Gondok di Kalimati Bangsri Gede, Kegiatan Pembersihan Sampah di Waduk Mulur serta kegiatan Tebar Benih Ikan. Hal ini saya dan teman-teman lakukan semata-mata sebagai bentuk kepedulian kepada kelestarian lingkungan khususnya di perairan tawar di sekitar wilayah Sukoharjo. Apa yang saya lakukan selain sebagai rasa cinta tanah juga sebagai media berkampanye kepada masyarakat supaya bisa menjaga kelestarian alam agar ke depan anak cucu kitapun bisa menikmati alam ini.
Keprihatinan terhadap Kalimati yang mangkrak dan tidak terurus serta berakibat menjadi sarang nyamuk mendorong saya dan teman-teman mencoba melakukan kebersihan dengan menggangkat enceng gondok yang menutupi permukaan air. Langkah ini seharusnya berkelanjutan namun memang tidaklah mudah menyadarkan dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli. Ya kami cuma sekedar memberikan contoh karena memang posisi kami yang bukan di sekitar area Kalimati. Apa yang kami lakukan mungkin hanyalah langkah awal saja.
Saya pribadi memang belum bisa terus terjun dalam kegiatan yang bersifat kepedelian alam secara langsung, namun sebisa mungkin jika ada waktu dan jawilan maka saya berangkat. Untuk program di Ngares selama 1 bulan pun sempat saya jalani dengan setiap minggu datang ke lokasi. Namun apa daya langkah inipun akhirnya juga sekedar sebagai kenangan karena memang tidak ada kelanjutannya.
Sedangkan untuk di Waduk Mulur juga berhenti karena tidak adanya koordinasi sesama pemancing. Saya dan kawan-kawan dari IMCS pun tidak setiap waktu ada di Waduk Mulur karena bagi kami Waduk Mulur hanyalah satu dari sekian banyak titik spot. Setidaknya apa yang saya dan kawan kawan IMCS lakukan bisa menjadi contoh untuk ditindak lanjuti oleh komunitas pemancing lainnya. Tebar benih yang sempat kami lakukan terbukti juga memberikan dampak positif terlebih berkurangnya tukang setrum di Waduk Mulur. Ya sebagai salah satu perjalanan hidup kita harus punya hal yang bisa untuk menjadi motivasi dalam hidup ini.

Monday, 29 October 2018

Asiknya Mengikuti Seminar Gratis

Di salah satu kampus Jogja

Dalam suatu kesempatan saya mendapatkan sebuah undangan lewat sms setelah sebelumnya iseng-iseng mengikuti sebuah program pencarian bakat untuk pengusaha yang diadakan oleh salah satu corporate di Indonesia. Dalam kesempatan itu saya harus hadir dan mengikuti test wawancara serta seminar selama 1 hari di sebuah kampus kenamaan di Jogjakarta. Dengan modal nothing to loose karena saya hanya berfikir inilah kesempatan untuk mendapatkan sebuah pengalaman dan bukan untuk menang atau lolos seleksi.
Saat itu memang sedikit ada sebuah harapan untuk mencoba mengadu nasib dengan modal ala kadarnya. Bermotor dari rumah di Sukoharjo dengan restu orang tua saya melaju dijalanan Solo-Jogja selama 2 jam. Setelah mendaftar ulang dan menunggu akhirnya dipanggil untuk melakukan wawancara. Dengan sedikit grogi namun akhirnya cuek saja toh ini bukan sebuah target untuk lolos. Salah satu yang berkesan adalah ketika berkenalan dengan salah seorang dokter hewan yang berdinas di Madiun dan sudah mempunyai sebuah usaha dengan menghasilkan obat bagi hewan ternak, Dari beliaulah saya banyak belajar walaupun dalam waktu singkat. Pada intinya sebuah pekerjaan butuh keuletan dan berani menerima tantangan serta kemauan untuk terus belajar. Dalam hal ini walaupun mungkin si bapak tadi di mata saya sudah sukses namun beliau masih ada keinginan untuk terus memperlebar sayapnya demin memperjuangkan mimpinya.
Dari sinilah pelajaran penting saya dapatkan. Begitu juga saya lihat peserta lain yang nampak antusias dan benar-benar mempersiapkan diri dalam menjalani seleksi. Hal ini tentu berbeda dengan keadaan saya dimana saya cuma sekedar untuk menambah pengalaman yang hasilnya saya tuliskan saat ini. Kali kesekian saya datang ke Kota Pelajar Jogjakarta. Sebelumnya pernah juga hadir kampus itu untuk mengikuti program menjadi bagian salah satu TV Swasta yang memeang diadakan dikampus UGM tersebut.
Baca Juga Nikmatnya Lobster dari Mr. Lobs Jogja
Wajah-wajah kecewa terlihat dari beberapa peserta yang belum lolos seleksi kala itu, sedangkan saya dari awal memang sekedar ingin nambah ilmu dan pengalaman saja sehingga ya biasa saja. Sekian tahun berlalu namun kenangan dalam perjalanan ke Jogjakarta saat itu memberikan saya banyak manfaat untuk selanjutnya sebagai sebuah modal bagaimana menjadi seorang enterpreneur. Memang berat jika kita ingin berusaha sendiri dengan apa yang kita miliki namun akan kita dapatkan banyak ilmu dan pengalaman bagaimana memulai sebuah usaha dan langkah dalam pekerjaan. Inti dari semua itu adalah bekerjalah dengan apa yang kamu suka sehingga semua akan terasa nikmat dan indah pada saatnya.

Thursday, 25 October 2018

Taman Balekambang Solo

Mancing di Balekambang Solo

Salah satu kenangan yang masih tersimpan dalam memory otak saya ini adalah mengenai kopi darat anak mig33 yang salah satunya selalu diadakan di Taman Balekambang Solo bersama komunitas Solo Baru Chat Room pada masa itu. Tempat ini selalu dipilih karena memang sangat pas untuk nongkrong bareng kawan-kawan dimana lokasi Taman Balekambang Solo adalah sebuah ruang publik terbuka di pusat kota Solo.
Kopdar bersama Solo Baru chat Room
Baca juga Wisata Malam Taman Pelangi Jurug
Banyak sekali kegiatan yang biasa dilakukan di tempat ini, dan salah satunya sebagai ajang meet and greet alias kopdar komunitas. Tempat yang asri dengan peneduh pepohonan yang rindang dengan udara sejuk menjadi tempat yang pas untuk berjumpa kawan mig33 yang nota bene tersebar di seantero wilayah kota Solo.

Saat ini mungkin sayapun masih sempat datang ke Taman Balekambang Solo tetapi dalam kegiatan lain yaitu mancing ikan bawal. Tentu ini berbeda dengan kegiatan sebelumnya dimana disini lebih pada kegiatan sport fishing dan berjumpa dengan teman sehobi dalam mancing. Ya bagi saya pribadi Taman Balekambang Solo merupakan salah satu tempat yang asik untuk saling bertemu dengan kawan-kawan, nah bagaimana dengan anda?

Wednesday, 24 October 2018

Asiknya Menikmati Senja di Alun Alun Sukoharjo

Santap Sore bareng keluarga

Jika musim lebaran dipastikan sanak saudara berkumpul di rumah kediaman orang tua kami. Terlebih kakak pertama saya yang sedang mudik. Ada sebuah ritual dimana jika makan malam akan berburu kuliner khas ndeso di wilayah Sukoharjo. Salah satunya adalah Tengkleng langganan kakak yang berada di Alun Alun Sukoharjo yaitu temapat tengkleng Pak No di pojokan alun alun. Sembari mengantarkan anak-anak kami yang memang senang jika bersantap di alun alun Sukoharjo karena memang banyak aneka permainan anak disana.
Baca juga artikel Nyicipin lobster di Mr Lobs Jogja
Mainan Becak Mini

Permainan anak mulai dari rumah bola, rumah busa, becak mini, mobil mobilan dan aneka jajanan anak juga banyak di tempat ini. Jika musim lebaran suasana sore juga dieriahkan oleh kembang api, karena lokasi yang luas dan lapang akan mempermudah pengunjung untuk bermain dan menikmati kembang api. Di sekitaran alun alun juga bnyak penjaja kuliner mulai dari nasi goreng, bebek goreng, sate kambing dan bahkan nasi kucing khas wedangan/hik.
Alun Alun Sukoharjo setiap harinya selalu ramai dan penuh pengunjung yang memang ingin bersantap malam disini ataupun sekedar menikmati suasana petang di kota Sukoharjo. Jika anda ingin berkliling juga terdapat kereta kuda yang bisa di sewa untuk berkeliling Kota Sukoharjo.
Nah silahkan anda datang ke Sukoharjo dan menikmati suasana sore hari disini di Alun Alun Sukoharjo agar anda merasakan nikmatnya hidup adem ayem di Kota Sukoharjo.

Kisah Manis di Kota Semarang

Strike Barracuda di Pantai Cipta Semarang

Beberapa kali saya mengunjungi Kota Semarang selalu saja memberikan kenangan manis dan selalu berjalan dengan sukses. Mungkin ada 5 kali saya berkunjung dan bahkan menginap di Kota Atlas ini. Kali ini akan saya berikan Kisah Manis di Kota Semarang sepanjang perjalanan hidup saya.
Kota Semarang memang terkenal dengan pelabuhan Tanjung Emas nya dan sayapun pernah datang untuk berwisata ke Pelabuhan Tanjung Emas ini walaupun saya akui udaranya sungguh panas luar biasa. Dikawasan inipun terdapat salah satu Taman Mininya Jawa Tengah yaitu Maero Koco yang dulu sempat kondang menjadi salah satu tujuan wajib berwisata bagi para pelajar di Jawa Tengah. Aneka anjungan yang menjadi ikon setiap kabupaten di Jawa Tengah terdapat disini lengkap dengan hasil kerajinan dan budayanya.

Mancing Bareng di Semarang

Selain ke Tanjung Emas sayapun pernah mancing di Pantai Cipta Semarang yang berada dibelakang stasiun peti kemas dan merupakan salah satu spot mancing favorite masyarakat Semarang dan sekitarnya. Kala itu saya berhasil menaikkan ikan asin pertama dalam hidup saya dengan tehnik casting yaitu mancing dengan ikan tiruan dan merupakan umpan tiruan karya saya sendiri. Ikan barracudapun takluk dengan umpan stickbait handmade saya sendiri, terlebih juga dalam rombongan tersebut sayalah satu-satunya orang yang berhasil narik ikan dengan ukuran lumayan, yang lain dapat tapi kecil-kecil..eheheheehe.
Sebelumnyapun saya pernah datang dan ikutan mancing ikan Hampala di Kaliringin Boja Kendal yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang. Memang saat itu tujua utama adalah datang menghadiri Kopdar Barramundi di Pelabuhan Kendal, satu hari sebelumnya saya sowan ke salah satu sesepuh mancing Kota Semarang Mbah Pu yang sudah saya kenal baik sebelumnya dan sayapun ditawari ikutan Hampalanan di Boja. Saat itupun merupakan pengalaman manis karena ukuran Hampala yang saya dapatkan dengan umpan soft lure paling besar diantara 2 perolehan lainnya dan terlebih peserta casting tersebut merupakan tim pabrikan alat pancing ternama, namun keberutungan masih memilih ikut dengan saya seorang pemancing pemula dan masih tergolong junior dibandingkan tim mereka kala itu.
Cerita lainnya ketika saya masih main aplikasi mig33 dimana diadakan kopi darat yang menghadirkan para pemakai aplikasi mig33 seluruh Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang. Saat itu merupakan kopdar mig33 terakhir yang saya ikuti selama ini. Dari kegiatan tersebut akhirnya saya pribadi memutuskan untuk berhenti menggunakan mig33 walaupun saat ini masih mengenali teman-teman semasa di mig33 terlebih memang ada beberapa kawan yang merupakan warga Semarang.
Nah itulah sekelumit perjalanan dan kenangan yang bisa saya tuliskan dalam Kisah Manis di Kota Semarang dimana suatau hari nanti pasti akan kembali saya kunjungi walaupun entah kapan.

Sunday, 21 October 2018

Mencari Serpihan Sejarah di Kalimati Sonorejo


Salah satu lokasi yang menjadi fakta sejarah berdirinya sejarah Kraton Surakarta adalah Kalimati yang merupakan aliran Bengawan Solo pada jaman dahulu. Adanya proyek pelurusan Bengawan Solo pada masa Orde Baru atau dibawah kepemimpinan Bapak Soeharto yang mana agar tidak terjadi banjir di Sukoharjo Barat dan Solo maka dibuatlah Bengawan Solo menjadi lurus dari Tawangsari hingga Jembatan Bacem. Aliran yang terputus itulah kemudian menjadi Kalimati Bengawan Solo. Salah satu cerita yang memberikan fakta sejarah adalah bahwa pada masa pembangunan Keraton Surakarta untuk mengangkut pohon jati dari alas Donoloyo di Wonogiri dengan menghanyutkan pada aliran Bengawan Solo tersebut.

Menapak Jejak Joko Tingkir
Selain fakta adanya beberapa mitos yang berkembang sepanjang Kalimati Bengawan Solo antara lain nama desa Tambak Boyo yang mana dahulu kala konon katanya memang merupakan daerah yang menjadi sarang dari buaya-buaya sehingga nama Tambak Boyo berarti Tambak tempatBuaya hidup. Menurut legenda yang masih sering diceritakan hingga saat ini adalah adanya perkelahian antara Joko Tingkir (Raja Surakarta pertama) dengan buaya putih dan konon perkelahian tersebut terjadi di Kedung Srengenge (matahari,bhs Jawa) yang berada di Kalimati Sonorejo. Hingga saat ini masyarakat masih mempercayai keberadaan buaya tersebut dan konon masih sering terlihat di Kedung Srengenge tersebut.
Nama Sonorejo merupakan nama pemberian Raja Surakarta kala itu yaitu Pakubuwono IX yang kala itu mendengar adanya pohon yang berbunga sangat indah. Konon pohon tersebut merupakan tongkat dari Joko Tingkir yang ditancapkan kemudian menjadi sebuah pohon yang memiliki bunga yang sangat indah menjadikan masyarakat berduyun duyun untuk melihatnya dan akhirnya menetap di daerah tersebut. Nama Sonorejo memiliki arti Sono (bunga/pohon) dan Rejo (ramai) dan nama inilah yang dipakai hingga sekarang.

Baca juga artikel: Menyusuri Riwayat Bengawan Solo

Secara geografis Bengawan Solo asli memang berkelak-kelok sehingga ketika musim penghujan akan menyebabkan banjir di sekitar alirannya Bengawan Solo tersebut. Satu lagi keberadaan sebuah rawa yang memanjang di derah Nguter tepatnya di dusun Jetis Badran sebelah barat Pasar Nguter yang hingga kini belum terungkap mengapa rawa tersebut ada. Menurut salah satu warga dulunya ada orang sakti yang bersabda dan terjadilah rawa tersebut. Jika dilihat sebenarnya memang ada kaitan dengan Bengawan Solo apakah memang aliran yang berpindah karena adanya banjir ataukah perbuatan manusia yang memang menggali aliran tersebut sehingga saat ini tampak seperti sebuah rawa dan terlihat sebagai sebuah bekas aliran Sungai.
Misteri lainnya adalah keberadaan rawa Malowopati dimana banyak dipercayai sebagai salah satu tempat atau dermaga di jaman Majapahit dan banyak ditemukan peninggalan kuno seperti emas, serpihan keramik, benda pusaka dan konon juga mengandung nilai mistis. Jika anda menggunakan peta atau citra satelit memang ada keterkaitan antara rowo Malowopati dengan aliran Bengawan Solo dimana jaman dahulu memang aliran Bengawan Solo merupakan sarana transportasi air penghubung Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk pada era Majapahit. Salah satu Raja Surakarta pun pernah menggunakan aliran Bengawan Solo sebagai jalur menuju ke Pulau Garam Madura dan tercatat dalam sejarah kerajaan Surakarta dengan adanya patung Rajamala yang masih tersimpan di museum Radya Pustaka Solo.

Thursday, 18 October 2018

Wisata Malam Taman Pelangi Jurug

Pohon Cahaya Taman Pelangi
 Salah satu lokasi di kota Solo yang patut anda datangi pada malam hari adalah Taman Pelangi yang ada dalam komplek Kebun Binatang Satwa Taru Jurug. Lokasi yang berada di timur kota Solo ini setiap malam hari akan disulap menjadi Taman Pelangi yang penuh dengan cahaya lampu yang tertata dengan baik. Disini juga ada pertunjukan air mancur dipadu dengan efek sinar laser yang membuat anda mendapatkan sensasi tersendiri.

Screen Air Mancur Taman Pelangi Jurug

Bagi anda sekalian bisa mengajak keluarga untuk datang dan menyaksikan pertunjukan setiap jam 6,7,8 dan terakhir jam 9 malam. Pertunjukan air mancur dan sinar laser hanya digelar 1 jam sekali sehingga anda harus tepat datangnya supaya tidak ketinggalan. Dengan tiket masuk 15ribu rupiah anda boleh berkeliling sepuasnya sampai jam penutupan.
Joko Tingkir

Wednesday, 17 October 2018

Suatu Hari di Sukoharjo Selatan


Bukit Taruwongso Weru

Pagi itu mentari bersinar cerah dan membangunkan raga ini tuk bergegas ke kamar mandi. Dalam pikiran ingin untuk segera beranjak entah kemana. Terbersit sekilas bayangan sebuah menara tua dalam benak dan secepat kilat mandi kemudian bersiap. Hari ini kumulai sebuah perjalanan dalam judul Suatu Hari di Sukoharjo Selatan untuk bisa ditampilkan dalam kisah perjalanan kali ini.
Langkah pertama berpikir untuk mengisi BBM terlebih di salah satu pompa bensin di pinggiran kota Sukoharjo. Setelah terisi lantas menyusuri pinggiran Kali Jlantah sambil mencari sebuah spot yang menurut informasi ada disitu. Walaupun akhirnya memang tidak seperti yang diharapkan.
Baca juga Jelajah Gunung Sepikul Bulu

Pemancar TVRI Wungurejo Tawangsari

Tujuan berikutnya tergambar sebuah menara tua yang merupakan salah satu situs sejarah Indonesia. Menara Pemancar TVRI Wungurejo yang berada di  dusun Wungurejo, desa Pundung Rejo Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Saat itu suasana cerah dan sedikit terasa gersang karena memang musim kemarau dimana tanaman pohon jati semuanya meranggas (menggugurkan daun) sehingga sedikit panas memang. Setelah ambil photo niat hati mencari kuliner khas setempat namun akhirnya tidak berhasil mendapatkan yang tepat.

Puncak Bukit Taruwongso

Perjalanan selanjutnya adalah mendaki bukit Taruwongso yang berada di kecamatan Weru. Setelah memperoleh informasi dari penjual warung Hik saya susuri arah sesuai petunjuk dan berhasil akhirnya dalam momen pertama kalinya kaki ini melangkah dan menapak puncak Bukit Taruwongso. Pemandangan yang gersang dan panas terasa disini karena selain musim kemarau juga lokasi yang didominasi bebatuan sehingga menambah kepanasan pada tubuh ini. Selepas mengabadikan momen sayapun turun. Beruntung disini sudah terdapat anak tangga sehingga mempermudah pengunjung untuk nik dan turun di Bukit Taruwongso ini.

Pemandangan Wilayah Weru

Setelah selesai karena hari sudah terasa panas saya putuskan untuk pulang kembali ke rumah. Dengan mengambil jalur pintas melalui pertigaan Lorog. Sesampai di pertigaan Lorog saya memutuskan berhenti sejenak karena mata ini tertuju pada sebuah pikulan Es Dawet Bayat dan pas sekali karena tengrokan terasa kering kehausan. Dan segelas Es Dawet Cendol Putih khas Bayat inipun mengalir ke dalam perut saya dengan sukses. Setelah haus terselamatkan lanjut pulang dengan kecepatan santai.

Es Dawet Bayat Mas Nardi di pertigaan Lorog Tawangsari
Baca juga Jelajah Sungai Gedong Hulu Bengawan Solo
Sekali lagi mata inipun terdiam sejenak kala memandang aktivitas seorang ibu sedang menenun yang kebetulan dekat jalan yang saya lalui tepatnya di desa Malangan. Sambil permisi dan kulonuwun menyampaikan maksud untuk sekedar mengabadikan momen tersebut dan menjelaskan kedatangan saya ini. Dengan ramah beliau mempersilahkan sambil sesekali bertanya dan memberikan penjelasan mengenai kegiatan tenun tradisonal Sarung Goyor yang memang menjadi salah satu ciri khas daerah Tawangsari.

Tenun Sarung Goyor

Alat Tenun Tradisional

Selesai dengan pengambilan gambar sayapun bergegas pamit dan meneruskan perjalanan pulang karena udara semakin panas saja. Mengambil jalur melalui jembatan Lengking yang memang salah satu jembatan baru diatas Bengawan Solo saya putuskan melalui desa Tanjung kemudian desa Mandan.

Taman Bunga Mandan

Sesampai di Desa Mandan sambil sejenak istirahat saya mampir ke Taman Bunga Celosia Mandan yang memang sedang trending menjadi salah satu wisata swaphoto kekinian dan kebetulan ada seorang teman yang menjadi salah satu juru parkir disitu. Sambil ngobrol tentang Taman Bunga tersebut kemudian mengambil beberapa photo untuk saya bagikan kepada para pembaca.
Nah itulah kisahku hari ini dengan judul Suatu Hari di Sukoharjo Selatan semoga bisa memberikan tambahan hiburan dan informasi untuk para pembaca sekalian.

Tuesday, 16 October 2018

Menjelajah Pegunungan Seribu


Pegunungan Seribu
Jika anda merasakan era 90an tentu anda tidak asing dengan kisah komik Wiro Sableng yang kemudian dijadikan sinetron lagi dengan judul yang sama. Salah satu tempat yang menjadi lokasi shooting adalah Pegunungan Seribu tepatnya di sekitar Gunung Gandul atau sekitar obyek wisata Batu Seribu di Desa Gentan Kecamatan Bulu Sukoharjo. Di tempat inilah diadakan shooting sinetron laga Wiro Sableng yang terkenal dengan jurus tinju Kunyuk Melempar Buah dan kapak maut Naga Geni 212 dan saat ini sudah menjadi layar lebar dengan judul yang sama namun beda pemeran utama.
Untuk napak tilas perjalanan shooting sinetron Wiro Sableng ini anda bisa datang ke obyek wisata Batu Seribu dan salah satunya juga masih ada di seputaran kawasan ini adalah Gunung Sepikul. Cerita Gunung Sepikul sendiri konon merupakan salah satu bahan untuk membentuk Candi Prambanan pada masa Bandung Bondowoso, entah karena apa kemudian batu tersebut dibuang begitu saja dan akhirnya menjelma menjadi Gunung Sepikul. Di obyek wisata Batu Seribu sendiri kini sedang dalam renovasi dan ditutup untuk umum, karena ada perenovasian kawasan wisata agar lebih menarik banyak pengunjung. Selain itu kawasan Batu Seribu juga merupakan Bumi Perkemahan dan area outbond namun memang sedikit mangkrak karena kurang mendapat perhatian dari pihak terkait. Semoga dengan renovasi tadi bisa memberikan dampak positif seperti yang diharapakan masyarakat sekitarnya seperti kami dengar dari cerita warga setempat saat jalan-jalan di kawasan ini.
Salah satu yang menjadi ikon di kawasan ini adalah keberadaan Sendang Lele yang berada di kaki bukit Batu Seribu yaitu di dukuh Bangseng desa Gentan kecamatan Bulu Sukoharjo. Dulu di Sendang Lele ini terdapat Lele Albino alias Lele Putih namun sayang sekali karena ada keserakahan yaitu meracuni sendang hingga akhirnya ikan lele punah dan kini diganti dengan varietas Lele Dumbo. Kini sudah ada papan peringatan pelarangan pengambilan ikan lele tersebut di sendang ini dengan cara apapun dan akan dipidanakan jika melanggar.

Kearifan Lokal masyarakat Bangseng

Banyak sekali tempat-tempat yang sangat bagus untuk yang hobi photography atau swapoto dengan latar belakang pegunungan dan bebatuan yang memang mendominasi kawasan ini. Jika anda datang pada musim penghujan akan nampak lebih indah dengan nuansa kehijauan namun jika musim kemarau maka warna coklat akan lebih mendominasi karena kekeringan yang dialami. Momen terbaik adalah pagi atau sore hari untuk mendapatkan capture yang menawan. Kawasan Pegunungan Seribu masih begitu alami dengan keindahannya sehingga cocok buat anda untuk mencarai sesuatu hal yang unik dan berbeda disini. Silahkan anda buktikan sendiri dan rasakan sensasi napak tilas perjalanan Wiro Sableng disini.

Thursday, 11 October 2018

Nyicipin Mr Lobs di Jogja


Selfi di Gerai Mr Lobs Jogja
Kali ini saya akan memberikan kisah mengenai perjalan ke Jogja untuk bertemu dengan seorang kawan dalam rangka mempererat silaturahmi yang sudah terjalin. Dalam perjalanan kali ini saya diajak salah satu sahabat yaitu mas Bowo Suket untuk berkunjung ke Jogja sekedar jalan-jalan naik motor mencari inspirasi hidup...hehehe. Perjalanan dimulai ketika pagi itu mas Bowo Suket datang kerumah untuk menjemput setelah semalam janjian untuk mengajak saya sebagai teman perjalanan. Tujuan utama kali ini adalah menemui salah satu kenalan yang juga sudah seperti sahabat yaitu mas Wawan yang kala itu sedang promosi membuka gerai makanan cepat saji berbahan dasar Lobster laut dengan brand/merk Mr Lobs.

Mas Agung dan Mas Bowo Suket

Perjalanan tidak langsung menuju ke gerai Mr Lobs tetapi sempat mampir sebentar ke kawasan dekat Candi Prambanan untuk bertemu salah satu teman jemparingan (panahan) yaitu mas Agung, beliau ini salah satu penerus tradisi jemparingan yang sudah tersohor di Jogja terlebih mas Agung memang memiliki darah seni yang kental dan merupakan salah satu lulusan Asmi Jogja sehingga antara seni dan budaya sudah seperti mendarah daging. Kira-kira selama 2 jam kami disini sambil ngobrol ngalor-ngidul terutama mengenai Jemparingan yang memang kala itu mas Bowo sedang greget dengan panahan tradisional ini, sedangkan saya sekedar menemani dan sebagai pendengar yang baik. Dirumah yang sekaligus sebagai bengkel untuk membuat Gendewo, Anak panah juga terlihat beberapa hasil karya mas Agung seperti patung, topeng dan benda seni lainnya. Itu adalah kali kedua saya bertemu mas Agung setelah sebelumnya sempat bertemu di Mulur ketika ada latihan Jemparingan pimpinan mas Bowo.
Baca juga Kisah Manis di Kota Semarang
Gerai Mr Lobs di Plaza Lippo Jogja

Selepas Ashar kamipun berpamitan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke pusat kota Jogja. Tujuan kami adalah Plaza Ambarukmo dimana kala itu Mr Lobs membuka gerai disana. Setibanya di Amplaz ternyata diluar gedung turun hujan yang begitu lebat. Beruntung kami sudah sampai ditujuan dengan selamat. Saat itu kami langsung bertemu dengan mas Wawan yang memang sudah menunggu karena sudah janjian mau bertemu. Setelah ngobrol ngalor ngidul sambil nunggu masakan Mr Lobs mateng kami berkisah tentang mancing dimana dari dunia mancinglah perkenalan dengan mas Wawan ini terjadi.

Saya. mas Bowo dan mas Wawan mancing bareng
Dan saat yang ditunggupun tiba, masakan lobster ala Mr Lobs sudah siap disantap. Hmmm rasanya enak pol....terlebih kami memang pas jam makan sehingga ya sikat habis tanpa tersisa sedikitpun. Sebagai tambahan informasi kini Gerai Mr Lobs sudah pindah tempat ke Plaza Lippo Jogja nah jika anda juga penasaran mencoba masakan lobster ala Mr Lobs silahkan datang ke Plaza Lippo Jogja. Sekian sekelumit cerita perjalanan Nyicipin Mr Lobs di Jogja entah kapan lagi bisa dolan dan jalan ke Jogja sebuah Kota yang selalu memberikan kenangan.

Friday, 5 October 2018

Asiknya Mancing di Waduk Mulur

Asiknya Mancing di Waduk Mulur

Sebagai salah satu lokasi spot mancing tentu Waduk Mulur merupakan salah satu tujuan para pemancing di wilayah Solo untuk mencari target ikan. Aneka ragam ikan di Waduk Mulur membius para pemancing untuk datang kesini. Mulai dari ikan nila, ikan patin, ikan gabus, ikan gurame hingga ikan toman pun ada di waduk Mulur ini. Perjalanan kali ini menceritakan tentang Asiknya Mancing di Waduk Mulur yang seringkali menjadi tempat berkumpulnya para pemancing dari berbagai dari.
Seperti suatu ketika 1 tahun lalu tepatnya tahun 2017 dimana saat itu adalah saat terbaik untuk mancing Ikan Gabus atau biasa disebut iwak kutuk. Sore menjadi saat terbaik selain sudah tidak terik oleh sinar mentari sore hari adalah waktu longgar sepulang bekerja seharian. Sekedar refreshing dan encari hiburan sebelum malam beristirahat bersama keluarga. Waktu sore hari merupakan momen terbaik di Waduk Mulur juga sebagai tempat untuk mencari jepretan photo yang paling baik dengan momen Sunset di Waduk Mulur. Salah satu teman saya yaitu mas Predy rela menempuh perjalanan 30 menit dari Mojolaban hanya sekedar ingin melemparkan umpan ke air. Dan kebetulan saat itupun dia berhasil mendapatkan jackpot ikan gabus dengan berat kurang lebih 2kg sebagai pembuka sehingga berita cepat menyebar dan secara otomatis setaip sore dipastikan banyak pemancing bergabung untuk berburu ikan gabus.

Mas Predy sedang asik menikmati bekal

Bagi saya pribadi kedatangan seorang teman di Waduk Mulur merupakan sebuah kehormatan karena sebagai tuan rumah kita harus bisa menjadi pelayan yang baik. Dengan sekedar menemani dan saling bertukar ilmu serta informasi seputar mancing akan lebih menyenangkan. Canda tawa pun bisa pecah kala ada teman lain yang saling berlontar kata. Walaupun kadang ada rasa kecewa ketika ikan terlepas atau moncel namun menjadi sebuah tantangan dan selalu optimis untuk datang kembali ke Waduk Mulur.
Banyak cerita kala itu yang bisa anda nikmati dalam bingkaian kenangan yang kami rangkum melalui jepretan kamera hp berkut ini:

Mas Katak di Waduk Mulur


Teman kami Kris Anto
Baca juga Perjalanan Mancing Ke Jawa Barat

Itulah sekelumit cerita mengenai Asiknya Mancing di Waduk Mulur silahkan anda datang kesini agar kita bisa mancing bareng dan berbagi cerita bersama dalam canda tawa. Hidup harus selalu ceria ddan gembira agar hidup lebih bermakna.


Tuesday, 2 October 2018

Menyusuri Riwayat Bengawan Solo

Hampala Anak Sungai Bengawan Solo

Salah satu nama Sungai yang terkenal dan terpanjang di Pulau Jawa adalah Bengawan Solo. Sungai yang berhulu di Wonogiri  Jawa Tengah dan bermuara di Gresik Jawa Timur ini melewati 8 Kabupaten sepanjang alirannya. Sungai yang berfungsi utama sebagai irigasi area persawahan juga sebagai pengendali banjir ini dahulu merupakan salah satu jalur transportasi air yang menghubungkan antara wilayah tengah dan timur pulau Jawa. Konon Bengawan Solo erat kaitannya dengan perkembangan dunia maritim di Nusantara. Salah satunya adalah sebagai jalur kunjungan salah satu Raja Surakarta saat itu menuju ke Pulau Garam Madura.
Bengawan Solo juga memiliki nilai ekonomis dengan berbagai macam jenis ikan yang terdapat di dalamnya. Seperti ikan Gabus, Ikan Jambal, Ikan Bader, Ikan Baung/Sogo, dan beberapa ikan hasil introduksi seperti Nila dan Gabus malas serta patin pun ada. Bengawan Solo menjadi sumber utama air dalam pembuatan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dimasa Orde Baru oleh Soeharto kala itu. Pada awalnya Bengawan Solo memilik aliran air menuju ke Samudera Hindia di selatan Pulau Jawa namun karena adanya proses alam berupa gempa menyebabkan aliran Bengawan Solo berpindah ke Laut Jawa. Hal ini masih bisa kita lihat adanya Bengawan Solo Purba yang melintasi kota Batu di Wonogiri dan bermuara di Pantai Sadeng. Jalan Raya Giritontro-Pantai Sadeng dahulunya merupakan Bengawan Solo purba sebelum terjadinya perpindahan aliran sungai Bengawan Solo.
Wonogiri merupakan salah satu bukti adanya proses alami pergerakan tanah yang naik dari lautan menjadi daratan. Banyak sekali fosil hewan dan binatang laut yang ditemukan sepanjang pegunungan seribu yang melintasi Kabupaten Wonogiri. Salah satunya yang pernah saya lihat di aliran sungai Gedong Wonogiri saat sedang Casting Ikan Hampala.
Bagi para pemancing Bengawan Solo merupakan anugrah yang diberikan kepada manusia untuk dijaga dan tetap dilestarikan. Namun karena ulah manusia pula kini Bengawan Solo menderita. Banyaknya sampah yang dibuang ke sungai membuat Bengawan Solo tampak kumuh dan kurang menyenangkan. Hal ini juga diperparah dengan beberapa pabrik yang seenaknya membuang limbahnya ke Bengawan Solo dari area hulu/atas sehingga pencemaran pun meluas hingga bagian bawah/hilir. Anak sungai Bengawan Solo pun tak luput menjadi ajang pembuangan sampah yang berujung di Bengawan Solo sehingga semakin kotor saja Bengawan Solo ini. Dampak dari pembuangan sampah ini akan terasa jika musim penghujan dimana akhirnya sampah tersebut menjadikan aliran air macet dan berujung pada banjir dimana-mana.
Misteri Bengawan Solo terus berlanjut dengan adanya pelurusan Bengawan Solo di wilayah Sukoharjo yang meninggalkan Kalimati sepanjang Tawangsari-Grogol. Padahal konon disinilah sejarah perjalanan Joko Tingkir terjadi seperti saat melawan Buaya Putih di Kedung Srengenge di Parangjoro Telukan Grogol. Banyak sekali cerita terkait sejarah atupun mitos yang ada di aliran Bengawan Solo. Contoh lain adalah fungsi Bengawan Solo sebagai jalur untuk mengirim kayu Jati dari alas Donoloyo di Wonogiri sebagai bahan utama membuat Kraton Surakarta Hadiningrat.
Itulah sekelumit cerita mengenai Bengawan Solo dan akan terus kami perbaharui sesuai informasi yang kami dapatkan di lapangan nantinya. Semoga bisa menambah wawasan dan kecintaan kita terhadap alam tanah air Indonesia ini.